Ahlan Wa Sahlan
 

Sabtu, 13 September 2014

AGAR MENJADI ANAK SHOLIHAH



BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

            Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salamsemoga selalu tercurah kepada makhluk Allah yang paling mulia yaitu Muhammad  dan para keluarga serta para sahabat beliau.
            Anak adalah amanah ditangan bapaknya.Hatinya masih suci ibarat permata bersih yang mahal harganya. Oleh karena itu, sangatlah perlu menjaga dan memeliharanya tetap bersih kualitasnya. Begitu pula dengan anak, setiap anak memerlukan didikan dan tuntunan yang benar dari kedua orang tuanya.
            Akan tetapi terlihat jelas hari demi hari, kerongkongan orang-orang islam terasa sesak karena kompleksnya problematika pendidikan anak, penglihatan mereka jadi tidak stabil dan hati mereka sesak. Mengapa kehidupan ini telah menjelma menjadi kehidupan yang jauh dari ilai keimanan. Sehingga sikap durhaka kepada syari’at islam dan kedua orangtua menjadi karakteristik zaman modern ini. Fenomena kedurhakaan dalam motif apapun lebih tergambar jelas, dari masalah seorang anak membunuh ibunya ketika sedang shalat, memukuli bapaknya serta mengancamnya sampai seorang anak merasa gelisah, bosan serta berani terhadap kedua orangtuanya karena kemiskinan dan kefakirannya.
            Maka melihat betapa pentingnya pendidikan tentang pembentukan anak shalihah untuk kita sekalian, agar kita sebagai anak dan para orangtua dapat mengambil hikmah terhadap tulisan disini dan merealisasikan apa yang tertulis agar kita sekalian mengetahui bagaimana nikmatnya menjadi anak sholihah yang selalu didambakan orangtua dan yang senantiasa mencintai Allah dan RasulNya.

I.2 Rumusan Masalah


·         Apa yang dimaksud anak yang shalihah?
·         Bagaimana karakteristik anak shalihah?
·         Bagaimana menjadi anak shalihah yang sebenarnya?
·         Apa hikmah anak shalihah?








BAB II

LANDASAN TEORI


II.1      Al Qur’an
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surge)” ( Ali Imran : 14 )
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
"Dan (ingatlah) ketika Luqmanberkata kepada anaknyaketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”) Luqman: 13 )
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًاSesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."(Al Ahzab: 21 )


II.2      As Sunnah
                                                                     
عن ابي هريرة ان رسو ل الله صلى الله عليه و سلم قال : اذا ما ت الانسا ن انقطع عمله
 الا من ثلاث صد قة جا رية او علم ينتفع به او ولد صلح يد عو له ( رواه مسلم )
“ Jika seorang hamba meninggal maka terputuslah amal perbuatannya kecuali dari 3 perkara : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang senantiasa mendo’akannya.” –HR. Muslim-
عن عبد الله بن عمرو ان رسو ل الله صلى ا لله عليه و سلم قال : الدنيا متاع و خير المراة الصا لحة. (رواه مسلم)
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.”
–HR. Muslim-
وعن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : رضا الله في
 رضا الوالدين و سخط الله في سخط الوالدين – اخر جه الترمذي ومححه ابن حبان والحاكم -
“Ridho Allah tergantung dari ridho orang tua dan murka Allah itu tergantung dari murka orang tua.”


BAB III

HAKIKAT ANAK SHALIHAH

III.1 Pengertian Anak Shalihah

III.1.1  Anak Shalihah Secara Bahasa

Anak sholihah adalah sebaik-baik kekayaan manusia dalam hidupnyadan setelah mati, oleh karena itu Nabi  bersabda:
عن ابي هريرة ان رسو ل الله صلى الله عليه و سلم قال : اذا ما ت الانسا ن انقطع عمله
 الا من ثلاث صد قة جا رية او علم ينتفع به او ولد صلح يد عو له ( رواه مسلم )
“ Jika seorang hamba meninggal maka terputuslah amal perbuatannya kecuali dari 3 perkara : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang senantiasa mendo’akannya.” –HR. Muslim-
Kata “shalih” diatas merupakan kata fa’il (subyek) dari kata صلح - يصلحyang artinya memperbaiki, maka arti shalih secara umum adalah orang yang memperbaiki =orang yang bermanfaat =orang yang berguna.
Jadi dengan menilik arti kata shalih secara bahasa maka bisa didapat arti secara istilah:
·         Anak yang berakhlak baik terhadap Allah سبحا نه و تعا لى dan RasulNyaserta kedua orangtuanya.
·         Anak yang bermanfaat untuk diinnya, orangtua dan masyarakatnya, bermanfaat dalam iqomatuddiin dan bermanfaat baik ketika kedua orangtuanya masih hidup atau sudah tiada.

III.1.2  Anak Shalihah Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah

Al-Qur’an merupakan sebuah mukjizat yang terbesar bagi kehidupan ini, banyak hakikat kehidupan yang tertulis disana, begitu pula masalah anak. Sepertidifirmankan Allah: Q.S Ali Imron: 14
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذَٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surge)” ( Ali Imran : 14 )
Dari ayat tersebut jelas tertulis bahwa ank merupakan anugrah Allah سبحا نه و تعا لى, yang diberikan kepada manusia. Hal tersebut juga menjadikan pengertian anak merupakan anugrah sekaligus ujian dalam kehidupan dunia. Begitu juga dengan sabda Nabi :
عن عبد الله بن عمرو ان رسو ل الله صلى ا لله عليه و سلم قال : الدنيا متاع و خير المراة الصا لحة. (رواه مسلم)
“Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah.”
–HR. Muslim-
Wanita disini merujuk kepada anak shalihah karena cikal bakal seorang wanita shalihah dipupuk sedari kecil, sedari menjadi seorang anak.
Dari hadits diatas juga terlihat jelas bahwa betapa mahalnya serta indahnya seorang wanita shalihah, sampai-sampai disamakan derajatnya oleh dunia. Betapa dunia itu sangat indah dan tinggi eksistensinya, begitu juga wanita shalihah, betapa sangat menyenangkan bergaul dengannya serta tinggi eksistensinya dihadapan Allahسبحا نه و تعا لى

III.2 Karakteristik Anak Shalihah

Anak shalihah merupakan anak dambaan seluruh orangtua.Anak shalihah adalah sosok yang dicari oleh semua orang karena keindahan akhlaq yang terhias pada dirinya. Maka wajib dari setiap kita memperhatikan dengan sangat apa saja karakteristik yang terdapat pada anak shalihah tersebut:
            Allah Azza wa Jalla telah menceritakan dalam firmanNya: QS. Luqman: 13:
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
"Dan (ingatlah) ketika Luqmanberkata kepada anaknyaketika dia memberi pelajaran kepadanya, "Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”) Luqman: 13 )
Luqman Al-Hakim seorang bijaksana pada zaman Nabi Suliman AS, yang terkenal akan bapak pendidikan islam, mewasiatkan kepada anaknya Taran (seperti yang tertulis diringkasan tafsir ibnu katsir jilid 3) dengan wasiat pertama yaitu janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kedzaliman terbesar. Disini terlihat bahwa ilmu yang pertama kali diajarkan kepada anak adalah ilmu tentang peng-Esaan Allah yaitu biasa disebut ilmu Tauid.
            Anak yang bertauhid memiliki 4 aspek yang terkait dengan keimanan:
·         Qoulul Qolbi (pemikiran) mereka dalam keadaan bebas daripembatal keimanan dan keharaman serta kemakruhan. Begitu juga dengan aspek
·         Qoulul Lisan (perkataan lisan).
·          Amalul Qolbi (perasaan) diaplikasikan dengan
·         Amalul Jawarih (perbuatan anggota badan). Jika ada perbedaan antara keempatnya maka jatuhlah ketauhidan itu berganti dengan kemunafikkan. Yang munafik itu jelas akan dimasukkan kedalam neraka sedalam-dalamnya.
Maka karakteristik anak shalihah yang pertama adalah anak yang bertauhid kepada Allah سبحا نه و تعا لى. Anak shalihah adalah anak yang tidak melakukan asal-asal atau pokok kekafiran karena akan membatalkan pondasi-pondasi keimanan, dua rukun ihsan serta al-wala dan al-bara. Yang jika tidak ada satu diantara kelimabelasnya maka termasuk kafirlah ia.Karakteristik anak shalihah yang kedua adalah berbuat baik kepada orangtua. Seperti yang difirmankan Allah:
وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ
إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya.Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan yang lemah yang bertambah lemah dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya Akulah tempat kembali.”  )QS. Luqman14: )
Penceritaan ini dimaksudkan agar anak senantiasa teringat akan kebaikan ibu yang telah diberikan kepadanya. Karakter yang kedua adalah karakter yang sudah mafhum dikenal orang.Anak shalihah sudah pasti dibenak orang terlintas anak yang baik kepada semua orang dan tentu pula kepada kedua orang tuanya. Dalam ayat diatas juga tergambar jelas bahwa ibulah yang harus diutamakan dalam masalah berbakti kepada orang tua, seperti yang disabdakan Rasulullah dalam haditsnya:
حد ثنا ابوعاصم, عن بهز بن حكيم, عن ابيهو عن جده قلت : يا رسو ل الله من ابر؟ قال:
( امك ), قلت :من ابر؟ قال : ( امك ) قلت : من ابر ؟ قال : ( امك )
“Telah dikabarkan kepada kami Abu ‘Ashim dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya dari kakeknya dia berkata, “wahai Rasulullah siapa yang lebih utama atau dibaktikan?” Dia menjawab:” ibumu”, kemudian dia bertanya lagi, “siapa yang lebih dibaktikan?” Beliau menjawab, “ibumu” kemudian dia bertanya lagi dengan pertanyaan yang sama “siapa yang lebih dibaktikan?” beliau menjawab:” ibumu”.
Dari hadits diatas terlihat bahwa derajat ibu tiga kali lebih tinggi daripada ayah.Sebagai anak telah tersirat maksud hadits ini bahwa jika kedua orang tua membutuhkan pertolongan disaat yang bersamaan maka penuhilah seruan ibu terlebih dahulu.
Karakteristik anak shalihah yang kedua ini adalah karakteristik yang sudah pasti disebutkan oleh banyak orang ketika ditanya karakteristik anak shalihah seperti apa. Kenapa harus kepada kedua orang tua khususnyaa ibu dan ayah karena Rasulullah  bersabda:
وعن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : رضا الله في
 رضا الوالدين و سخط الله في سخط الوالدين – اخر جه الترمذي ومححه ابن حبان والحاكم -
“Ridho Allah tergantung dari ridho orang tua dan murka Allah itu tergantung dari murka orang tua.”
Akan tetapi berbakti atau taat disini adalah taat dalam masalah yang selaras dengan perintah Allah dan RasulNya.Jika orang tua memerintah untuk mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang engkau tidak memiliki ilmu tentangnya. Maka Allah telah menjawab persoalan ini pada ayat selanjutnya,
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
 وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentangnya, maka janganlah engkau menaatikeduanya di dunia dengan baik dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada Ku, kemudian hanya kepada Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” ( luqman : 15 )
Dari ayat tersebut jelas dapat mengambil hikmah bahwa berbakti kepada kedua orang tua banyak aplikasinya, dan salah satu aplikasi tersebut yaitu taat terhadap semua perintah orang tua. Perintah yang sesuai dengan perintah Allahسبحا نه و تعا لى. Karena sedari awal sudah dijelaskan bahwa Al Qur’an adalah induk dari semua pemecahan masalah. Masalah dalam ayat tersebut adalah bagaimana jika perintah orang tua itu bertentangan dengan ajaran Allah dan RasulNya, maka diayat selanjutnya diterangkan bagaimana menghadapinya yaitu tetap ikuti jalan orang-orang yang berada pada jalan yang lurus. Bersyukurlah kepada Allah dan bersyukurlah kepada kedua orang tuamu.
Karakteristik anak shalihah yang ketiga adalah selalu mengerjakan amal yang shalih, melaksanakan shalat dan mengingat kematian. Berdasarkan firman Allah سبحا نه و تعا لى.
Dari penjelasan ayat diatas diambil poin bahwa sesuatu perbuatan seberat biji sawi ataupun berada dalam batuniscaya Allah akan memberi balasan. Dan kita sendiri sudah mafhum betul bahwa perbuatan yang baik dibalas dengan yang baik pula begitu juga sebaliknya.Balasan yang baik juga bermacam-macam dan yang paling tertinggi adalah surga.
Diayat selanjutnya dengan jelas diterangkan beberapa perkara penting dalam beramal yaitu melaksanakan shalat, saling menyuruh kepada kebaikan dan melarang atau mencegah dari kemungkaran serta bersabar terhadap apa yang ditimpakan kepada kita. Tergambar jelas bahwa perkara penting yang pertama yaitu laksanakan shalat.Shalat adalah tiang agama. Shalat adalah amalan pertama yang dihisab, jika shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, begitu pula sebaliknya:
·         Amalan yang pertama kali dihisab atas hambaNya pada hari kiamat yaitu shalat. Apabila shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, apabila amalnya buruk maka buruk pula seluruh amalnya.
·         Perkara penting kedua adalah saling menasihati baik dalam kebaikan dan keburukan. Dalam kebaikan saling menyemangati dan menguatkan sebaliknya dalam keburukan saling menasehati dan mengingatkan. Perbuatan ini biasa dikenal orang dengan “amar ma’ruf nahi munkar” berbuat yang baik dan mencegah yang munkar.
·         Perkara penting yang ketiga adalah bersabar dengan apa yang menimpamu.
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu.Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Maka melihat arti yang sangat jelas pada ayat diatas dapat diketahui bahwa sabar dan shalat itu sebagai perisai bagi kaum muslimin.
Karakteristik anak shalihah ketiga seperti yang disebutkan dalam 2 ayat dibawah ini:
وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia karena sombong dan janganlah berjalan dibumi dengan angkuh. Sungguh Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu, sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.” ( luqman :18 )
Dari 2 ayat diatas banyak poin yang menunjukkan anjuran dan larangan berperilaku:
·         Jangan memalingkan wajah dari orang lain karena sombong, merasa dirinya lebih tinggi, terhormat, kaya dan sejenisnya.
·         Jangan berjalan dibumi Allah ini dengan angkuh, menegakkan atau membusungkan dada menegakkan kepala.
·         Sederhanakanlah dalam berjalan yaitu berjalan dengan ketawadhu’an atau kerendahan diri
·         Lunakkanlah suaramu yaitu rendahkanlah nada suara, sopan santun logatnya serta ramah terdengarnya.
Hal diatas tidak diperbolehkan dalam berperilaku karena Allahسبحا نه و تعا لى.tidak menyukai orang-orang yang berperilaku demikian. Hidup didunia ini tujuan kita adalah mencari karunia dan ridho, cinta dan suka serta anugrahNya.Setelah penguraian panjang diatas tentang karakteristik anak shalihah tersebut, maka penulis berharap sudah tergambar jelas bagaimana anak shalihah tersebut tinggal menilik pada diri kita sendiri apakah sesuai dengan diri kita.

III.3 Syarat Menjadi Anak Shalihah

Syarat dipembahasan ini yaitu pembentukkan anak shalihah dibangun juga dengan syarat-syarat khusus agar anak shalihah yang diimpikan benar-benar terwujud. Syarat menjadi anak shalihah yang akan dibahas ini terbagi menjadi 3 bagian:
1.      Dari segi orang tua
Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya. Pepatah yang hangat serta akrab dalam telinga ini mempunyai hubungan pula dengan pembahasan ini. Arti dari pepatah diatas yaitu karakter anak tidak akanjauh dari orang tuanya. Teori ini bukan dicirikan dengan DNA kita yang saling terkait atau seperti halnya hokum mendle I, tetapi masalah disini yaitu bibit orang tua yang baik. Bibit yang baik akan menghasilkan buah yang baikhal yang demikian itu dikarenakan orang tua adalah madrasah pertama dan utama bagi anak. Syaikh Abdul Hamid Al-Ghazali mengatakan: “ketahuilah bahwa anak kecil merupakan amanat bagi orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang masih bersih dari pahatanatau bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang disodorkan kepada kita.”
“Anak-anak dilahirkan dalam keadaan fitrah maka orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nashrani atau majusi.”
Maka dari hadits diatas jelaslah sudah bahwa orang tua sangatlah berpengaruh bagi kualitas anak kedepannya.Apalagi ibu, maka sudahlah kewajiban bagi para calon ayah yang memilih calon ibu yang baik bagi anaknya. Berikut ini adalah hak anak atas ayahnya, yaitu:
·         Memilihkan calon ibu yang baik. Baik dari segi nasab, hara dan yang paling penting kefahaman pada agama.
·         Memilihkan nama yang baik. Tidak mengandung makna kemakruhan, syirik, tidak berarti. Karena nama adalah do’a maka berikanlah do’a yang baik, do’a yang membangun bagi kita yang akan memanggilnya nanti.
·         Mengajarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2.      Dari segi lingkungan yang kondusif
Maksud lingkungan pada pembahasan ini yaitu lingkungan dimana anak itu tinggal, belajar dan bermain.Menciptakan lingkungan yang kondusif, lingkungan yang islami.Maka para orang tua harus memperhatikan dengan sangat terhadap tempat tinggalnya, tetangganya serta sekolah dimana anak itu belajar.Tempat tinggal yang baik yaitu tempat tinggal yang didalamnya penuh kedisplinan dalam beribadah, keikhlasan dalam menyayangi dan kebaikan yang selalu diajari.
Dalam bagian lingkungan ini sudah pasti pikiran kita tersambung langsung dengan tetangga.Sudah mafhum dikalangan kita bahwa tetangga adalah saudara terdekat dalam lingkungan. Maka memilih tetangga sebelum menempati suatu lingkungan adalah kewajiban yang harus diperhatikan lebih, apa agamanya, bagaimana pemahamannya, bagaimana toleransinya terhadap orang yang berbeda agama.
Lingkungan kondusif sangatlah berperan serta terhadap pembentukan anak shalihah. Syaikh Abu Hamid Al-Ghazali menyatakan :”Ketahuilah bahwa anak kecil merupakan amanat bagi orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan permata alami yang masih bersih dari pahatan atau bentukan, dia siap diberi pahatan apapun dan condong kepada apa saja yang disodorkan kepada kita.”
Dari keterangan syaikh diatas tergambar jelas sifat utama seorang anak adalah peniru tanpa menyaring.Mereka meniru tanpa bisa membedakan mana yang baik dan mana yang salah.Dimana anak itu tinggal dan dengan siapa anak itu bergaul maka itulah jawaban jujurnya. Anak yang terbiasa tinggal denganpenghafal Al-Qur’an serta para pembela islam maka akan menjadi merekalah anak itu nantinya, begitu juga jika anak itu terbiasa tinggal di kawasanyang kurang perhatian pada agama, maka tercetaklah anak itu yang kurang perhatian pada islam.
Demikianlah syarat kedua menjadi anak shalihah.Syarat yang banyak disepelekan para pendidik tapi besar pengaruhnya bagi pembentukkan anak shalihah.Karena masa-masa emas anak diisi dengan bermain bersama teman-teman atau orang-orang sekitarnya.
3.      Syarat ketiga yaitu pendidikan tauhid
Syarat ini adalah syarat terpenting, karena tauhid adalah pendidikan penunjang kehidupan. Tanpa pendidikan tauhid, setiap anak akan terbentuk menjadi anak kurang ajar baik terhadap orang tua maupun orang lain yang berurusan dengannya. Pendidikan tauhid disini adalah pendidikan aqidah. Disini penulis akan memberikan sekilas tentang tauhid. Tauhid berasal dari kata wahhada-yuwahhidu-tauhiidan yang artinya meng-Esakan, menjadikan satu, menjadikan hanya Allah lah Rabb dan Ilaah dialam ini.Pendidikan tauhid disini adalah pendidikan dimana visi dan misinya adalah menjadikan anak didiknya seorang yang bertauhid.
Pendidikan tauhid perlu diajarkan sejak dini.Karena masa pembentukkan karakter dan pemahaman dibentuk sejak dini. Berusaha mendidik anak agar hanya Allah saja yang menduduki kedudukan Rabb dan Ilaah berdampak baik pada masa kedepannya, pada pengajaran-pengajaran selanjutnya dan jati diri si anak tersebut
Pendidikan ini adalah kunci utama menentukan apakah anak tersebut menjadi anak yang berbakti, shalihah,beradab atau sebaliknya.
Penjelasan tentang syarat diatas menggambarkan jelas bahwa anak shalihah dibentuk dengan kebiasaan dan pendidikan yang berhias kenikmatan islam. Karena semua ajaran islam adalah buku petunjuk menjalani hidup sukses dan bahagia.

 






BAB IV

CARA MENJADI ANAK SHALIHAH


Setelah dijabarkan panjang lebar tentang anak shalihah bagaimana karakter dan syarat membentuknya, dapat terlihat secara globalnya bagaimana cara menjadi anak shalihah dan cara membentuknya.
Anak shalihah adalah salah satu hasil dari kebahagiaan dunia dan akhirat yang diimpikan seluruh orang tua.Para orang tua berani mengeluarkan berjuta-juta hasil keringatnya demi menyekolahkan dan mendidik anak-anak mereka agar menjadi anak shalihah.
Inti dari anak shalihah dalam karya tulis ini adalah anak yang mempunyai tauhid yang lurus, sehinggamembuahkan akhlak yang berhias kebaikan dan kasih sayang.
Setiap anak nanti akan menjadi orang tua dan setiap orang tua pasti pernah merasakan menjadi anak. Maka pembahasan penting ini mencakupsemua elemen masyarakat.
Anak shalihah dilihat dari berbagai sisi memilikisisi kepribadian yang sesuai dengan ajaran islam itu sendiri. Dari sisi imannya anak shalihah memiliki iman yang tebaik dan pengaplikasian dalam kehidupan bermasyarakat yang baik pula.
1.      Niat
Niat yang ikhlas adalah tonggak pertama dalam menjalankan seluruh kegiatan atau amalan. Karena suatu amalan dianggap terbaik jika niatnya ikhlas seperti dalam hadits Nabi  :
عَنْ أَمِيْرِ الْمُؤْمِنِيْنَ أَبِيْ حَفْصٍ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَقُوْلُ: إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى. فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Dari Amirul Mu’minin, Abi Hafs Umar bin Al Khattab radhiallahuanhu, dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya setiap perbuatan ) tergantung niatnya ). Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya ) karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena menginginkan kehidupan yang layak di dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan.
Niat dalam beramal menjadikan amalan lebih mudah untuk dikerjakan.Niat yang kuat serta ikhlas untuk menjadi anak shalihah menjadikan kita kuat dan senang dalam melaksanakan seluruh tahapan anak shalihah dan kesehariannya.


2.      Selalu melakukan Tazkiyatun Nafs
Tazkiyatun nafs disini adalah membersihkan diri dari segala najis kemusyrikan dan mengembangkan diri menjadi diri yang mempunyai Qolbun Salim (qolbu yang selamat dari pembatal iman serta perbuatan haram dan makruh). Tazkiyatun Nafs banyak caranya, salah satunya selalu membekali diri dengan pengetahuan seputar tingkatan iman dan seluk beluknya, dan mengamalkan seluruh pengetahuan tersebut dalam segala aspek kehidupan. Karena ilmu tanpa amal itu bohong atau seperti pohon kelapa tanpa buah.
Rasulullah  bersabda:
اطلب العلم من المهد الى اللهد
“Tuntutlah ilmu daribuaian hingga ke liang lahat”
Perintah dalam hadits tersebut menjelaskan bahwa menuntut ilmu itu sepanjang masa.Ilmu tentang iman dan seluk beluknya adalah ilmu terpenting yang wajib dipelajari semasa hidup. Karena dosa syirik disebabkan ketidak tahuannya terhadap ilmu tentang syirik tersebut tidak diampuni oleh Allahسبحا نه و تعا لى.. Setelah mempelajari ilmu tersebut maka pengamalanlah dan mengajarkan kepada yang lain adalah hal terbaik dalam ibadah atau tingkatan kebaikan seseorang, seperti dalam sabda Rasulullah  :
عن عثمان بن عفان عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : خيركم من تعلم القران و علمه. (رواه البخاري)
“Sebaik-baik manusia (diantara kamu) adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengamalkannya”.
            Setiap manusia itu pasti melakukan dosa maka perlulah kita melakukan Tazkiyatun Nafs dalam setiap waktu. Selalu ingat untuk tujuan apa kita diciptakan, juga bentuk Tazkiyatun Nafs karena pribadi yang tahu bahwa untuk ibadahlah kita diciptakan akan selalu berusaha membersihkan dan mengembangkan dirinya menjadi lebih baik.
3.      Berdo’a
Berdo’a adalah rumus utama alam usaha yaitu D.U.I.T. Do’a, Usaha, Ikhlas, Tawakal. Tetapi berdo’a dalam beramal serta memetik hasilnya tidak bisa tanpa usaha.Berdo’a memohon agar dijadikan orang yang sholih dan dibeeri anugrah anak shalih adalah tonggak utama agar mendapatkan anak shalih dan dijadikan anak shalih.
Berdo’a adalah salah satu yang termasuk unsur-unsur penting ibadah.Kesuksesan dalam sesuatu didapat dari 99% do’a dan 1% usaha. Amalan tidak akan lancar kalau Allahسبحا نه و تعا لى. tidak berkehendak melancarkan amalan tersebut.
Contoh do’a agar mendapatkan rezeki anak shalih dan dijadikan anak shalih.
4.      Berusaha membiasakan kebiasaan orang-orang shalih dan mengajarkannya.
First you a habits and
Last habits makes you
            Pertama kali kita membuat kebiasaan yang akan membentuk kita. Dari pepatah diatas dapat dipelajari bahwa kebiasaan itu perlu dibuat dahulu, setelah terbentuk maka kebiasaan akan melekat dalam diri kita.
            Termasuk kebiasaan orang-orang shalih adalah tahajjud atau biasa disebut qiyamullail, bangun untuk shalat dan berdzikir.Manfaat tahajjud sangat banyak dari segi kondisi jiwa sampai kesehatan rohani.Bangun malam membuat kondisi jiwa kita tenang dan menambah semangat dalam beramal untuk pagi harinya.Maka bisa terlihat orang yang menjalani pagi harinya dengan lesu dan malas dalam beramal menghadapi hari ini.Ada kemungkinan mereka tidak tahajjud pada malam harinya. Bangun malam juga adalah kebiasaan para ulama yang berhasil mencetak ribuan persembahan karyanya untuk umat islam. Mereka banyak memanfaatkan waktu tahajjud untuk menggarap persembahan karyanya untuk umat islam. Dari kebiasaan mereka maka waktu tahajjud adalah waktu emas untuk belajar.
            Orang yang terbiasa tahajjud maka akan menurunkan kebiasaan itu kepada orang-orang terdekatnya, contohnya anak, ibu dan ayah yang terbiasa tahajjud akan dilihat oleh anak mereka bahwa itu adalah kebiasaan yang enak dan baik untuk dicontoh. Terlihat jelas agar kita mendapat anak shalih maka persiapkan diri kita dari sekarang menjadi anak shalih agar kelak anak kita mencontoh semua amal kebaikan dan kebiasaan anak shalihah kelak.
            Banyak contoh kebiaaan orang shalih dari cara mereka berinfak, berjihad sampai tersenyum. Kebiasaan yang patut dan harus kita contoh adalah kebiasaan Rasulullah , karena Allah سبحا نه و تعا لى.  berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًاSesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah."( Al Ahzab: 21 )
Uswatun Hasanah disini adalah teladan yang baik. Salah satu cara mempelajari teladan Rasulullah adalah mempelajari tarikh sedini mungkin. Dari metode diceritakan hingga mereka bisa membaca sendiri-sendiri. Ajak mereka membaca tarikh, karena disana terkandung praktek langsung terhadap fiqh islam.
            Sesungguhnya cara menjadi anak shalihah banyak jalannya. Yang terpenting disini bagaimana agar diri kita terbebas dari pembatal keimanan dan keharaman serta meningkat selalu keimanannya.Jika semua itu sudah dituju maka terhiaslah pada diri kita cerminan anak shalihah.



BAB V

HIKMAH MENJADI ANAK SHALIHAH


Semua perbuatan memiliki keutamaan dan manfaat begitu juga menjadi anak shalihah. Banyak keutamaan pula menjadi anak shalihah baik didunia maupun diakhirat diantara hikmah menjadi anak shalihah adalah:
·         Tabungan amal bagi orang tua
Rasulullah  bersabda:
عن ابي هريرة ان رسو ل الله صلى الله عليه و سلم قال : اذا ما ت الانسا ن انقطع عمله
الا من ثلا ث صد قة جا رية او علم ينتفع به او ولد صلح يد عو له ( رواه مسلم )
“Apabila manusia meninggal maka terputuslah semua amalnya kecuali 3 amal: Shadaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat serta anak shalih yang mendo’akannya”. –HR. Muslim-
Disini adalah contoh nyata investasi yang berbuah manis bagi para orang tua yang telah mendidik,ketika para orang tua sudah terbujur kaku tak berdaya di alam kubur tiba-tiba datang pengampunan yang ternyata datang dari anaknya yang shalihah sungguh beruntung orang tua tersebut. –adabul mufrad no.38-

·         Cikal bakal mendapat keturunan shalih
Keutamaan ini merupakan keutamaan yang sangat logis, dimana Hperibahasa yang masyhur dikenal “buah tidak jatuh jauh dari pohonnya” maka dimana kita menjadi anak shalihah, maka kelak akan dianugrahilah kita dengan anak shalihah pula.Rasulullah  bersabda:
بروا آباءكم تبركم ابنا ءكم و عفوا تعف نسا ءكم
“Berbaktilah kepada bapak-bapak kalian, niscaya anak-anak kalian akan berbakti pula kalian dan tahanlah diri kalian (dari hal-hal yang hina).
–HR Thabrani-                      
·         Salah satu penyebab terbukanya pintu surga
Pintu surga disini adalah pintu surga yang telah Allah berikan kepada anak-anak yang shalihah,karena berbakti kepada orang tua itu seperti menurut hadits “Surga itu dibawah telapak kaki ibu” sebagaimana pula sabda Rasulullah :
وعن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : رضا الله في
 رضا الوالدين و سخط الله في سخط الوالدين – اخر جه الترمذي ومححه ابن حبان والحاكم -
“Ridho Allah tergantung dari ridho orang tua dan murka Allah itu tergantung dari murka orang tua.”-HR Hakim-
Dari hadits diatas jelas, bahwa ridha Allah dan ridha orang tua mempunyai kesinambungan yang kuat.Maka benarlah bahwa mendapat ridha orang tua berarti mendapat surga, bukankah para penghuni surga adalah orang-orang yang diridhai Allah سبحا نه و تعا لى.
Sebenarnya banyak sekali kisah-kisah yang menunjukkan keutamaan menjadi anak shalihah. Banyak sekali contoh dimana menjadi anak shalihah itu bukan hanya pasti dibalas kebaikan oleh Allah disurga kelak.Tetapi didunia langsung juga banyak contohnya.
Uwais Al-Qarni, pemuda yang terkenal akan berbaktinya kepada orang tua dan usahanya untuk menjadi anak shalih dibalas langsung oleh Allah Ta’ala dengan segala do’a yang dipintanya pasti Allah akan kabulkan permintaan itu. Memiliki seliruh hikmah menjadi anak shalihah hendaknya kita terpacu untuk berlomba-lomba menjadi anak shalihah, banyak kemudahan, keberkahan serta ketenengan hati untuk berusaha menjadi dirinya. Maka berbahagialah bagi para pejuang keshalihahan diri.






BAB VI

PENUTUP


            Diantara do’a orang-orang mukmin.“Ya Rabb kami, anugrahkanlah kepada kami, istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang bertaqwa”. (QS. Al-Furqan:74)
            Sedemikian pentingnya do’a yang selalu dipanjatkan orang-orang mukmin untuk mendapatkan keturunan penenang hati, shalih dan shalihah.Di dambakannya anak shalihah perlu menjadi motivasi sendiri bagi kita selaku anak untuk menjadikan do’a kita sebagai amal jariah penenang kubur bagi orang tua kita, apalagi balas jasa kita terhadap mereka selain mengangkatnya bersama untuk masuk kejannahNya?
            Semoga keselamatan selalu dilimpahkan kepada kedua orang tua yang menjadi sebab kehadiran kita dibumi ini, mempersembahkan segala keindahan, serta mengulurkan segala kebaikan.Semoga keselamatan kepada orang yang mewajibkan berbakti dan berbuat baik kepada keduanya, sehingga Allah سبحا نه و تعا لى.mensejajarkannya dengan haknya.
            Kesimpulannya, diriwayatkan oleh Abu Hurairoh RA, Nabi Muhammad  bersabda: Seorang mayyit diangkat derajatnya setelah kematiannya, lalu bertanya, “apa ini?” kemudian dikatakan, “anakmu telah memintakan ampun untukmu.”
            Bagi setiap bapak yang hendak mengangkat derajatnya disurga maka hendaknya ia memperbaiki anak-anaknya agarkelakmendo’akan dan memintakan ampunan baginya. Jika anak anda anak yang shalih niscaya ia akan mengenang kebaikan anda dan berbakti lalu memintakan ampunan untukmu. Namun, bila anda mengabaikan pendidikannya, maka sebaliknya anda tidak mendapati itu semua. Apakah anda menghendaki hal tersebut?
            Bagi setiap anak, sesungguhnya akan tiba saat kita akan menjadi orang tua yang perilaku para anak itu persis seperti kita saat menjadi anak dulu. Maka sudah sepantasnya kita persiapkan diri menjadi anak shalihah agar kelak kita mendapati anak keturunan kita juga shalihah.
            Salah satu upaya mendidik anak shalihah pula yaitu menyekolahkannya di ma’had “Al-Mar’atush Shalihah” karena disini dibiasakan beramal menjadi anak shalihah kedepannya.
            Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad . Serta semoga tercurah pada para keluarga, sahabat dan kita pengikutnya hingga akhir zaman. Amiinnn……



DAFTAR PUSTAKA

                                                                
·         2005,Al-Qur’anul Karim, Bandung, Syamil Cipta Media.
·         Ilham Muhammad Ibrahim, Ummu Ibrahim, 2009, Bagaimana Menjadi Istri dan Ibu Shalihah, Jakarta, Daarul Falah.
·         Qudamah, Ibnu, 2009, Minhajul Qashidin, Jakarta, Pustaka Azzam.
·         Abdul Azhim, Said, 2004, Mengapa Anak Menjadi Durhaka, Jakarta, Pustaka Azzam.
·         An-Nu’aim, Dr. Muhammad bin Ibrahim, 2007, Memesan Kursi Tertinggi diSurga, Solo, WIP.
·         Mishbah Usman, Syaikh Akram, 2005, 25Cara Mendidik Anak Tangguh, Jakarta, Pustaka Al-Kautsar.


OLEH : Syifa Iasa Fauziah