DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Segala puji bagi Allah SWT atas
segala limpahan rahmat dan hidayahNya. Shalawat serta salam senantiasa kita
panjatkan kepada Nabi besar kita Muhammad
, keluarga,
sahabat dan umatnya yang istiqomah menempuh syari’atnya hingga akhir zaman.

Pembahasan masalah iman merupakan
perkara yang sangat urgen dalam agama Islam,
dikarenakan masalah iman ada kaitannya dengan agama itu sendiri. Artinya apabila
iman seseorang itu benar maka benarlah ia dalam beragama. Sebaliknya, apabila
iman seseorang itu rusak, maka rusaklah agamanya.
Namun sebaliknya, dewasa ini
kebanyakan kaum muslimin tidak mengerti bahkan jauh dari pemahaman yang benar
akan hal ini. Jarang dari mereka yng ingin mempelajarinya dengan serius, bahkan
ada sebagian dari mereka phobi apabila mendengar istilah iman atau aqidah.
Mereka malah cenderung pada amalan-amalan serta keyakinan yang baru (bid’ah),
padahal perbuatan ini jauh-jauh hari dilarang oleh Rasulullah
karena akan
menyesatkan pelakunya.

Selanjutnya, ketahuilah wahai
saudaraku kaum muslimin, bahwa Allah SWT telah mewajibkan kepada seluruh
hamba-hambaNya untuk berpegang teguh kepada Islam, serta berhati-hati untuk
tidak menyimpang darinya. Allah juga mengingatkan dalam banyak ayat-ayat
al-qur’an untuk menghindari sebab-sebab kemurtadan, segala macam kemusyrikan
dan kekafiran.
Para ulama telah menyebutkan dalam bab
hukum kemurtadan, bahwa seorang muslim bisa dianggap murtad dengan berbagai
macam hal yang membatalkan keislaman, yang menyebabkan halal darah dan hartanya
dan dianggap keluar dari agama islam. Dan saya sebutkan secara ringkas, dengan
sedikit tambahan penjelasan agar anda dan orang-orang selain anda berhati-hati
dari hal ini, dengan harapan dapat selamat dan terbebas darinya.
I.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu Iman dan Kufur?
2. Apa yang termasuk Perasaan dari pembatal
keimanan?
3. Apa definisi dan hakikat Cinta?
4. Bagaimana cara menghindari dari perasaan
pembatal keimanan?
BAB II
LANDASAN TEORI
QS At-Taubah:24

”
Katakanlah: "jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri,
kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik”
QS Al-An’am: 162

“Katakanlah:
sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah,
Tuhan semesta alam”.
QS Al-Baqarah: 165
![]() |
“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka
mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada
Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika
mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah
semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”
|
Nabi
bersabda,”
barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberikarena Allah,
dan menengah karena Allah sesungguhnya telah sempurna imannya.”

.
BAB
III
IMAN DAN KUFUR
III.1 Definisi Iman
a.
Iman
secara bahasa
“Pembenaran
hati terhadap urusan-urusan yang bersifat ghaib”
b.
Iman
secara istilah
“Perkataan dan perbuatan yang dicintai oleh Allah dan diridhoi olehNya”.
Perkataan
ada dua jenis, yaitu Qoulul qolbi (pemikiran),dan Qoulul lisan (perkataan
lisan). Perbuatan pun ada dua jenis, yaitu Amalul qolbi (perasaan), dan Amalul
jawarih (perbuatan anggota badan).
Kaitan
antara definisi secara bahasa dan istilah adalah orang yang beriman wajib
membenarkan berita-berita yang bersifat ghaib yang datang dari Nabi
, barang siapa
yang mendustakannya maka ia kafir dan orang yang beriman adalah orang yang
mengamankan diri dari api neraka dan adzab Allah.

III.2 Cabang-Cabang Iman
Seperti yang diterangkan oleh Nabi
dalam sebuah hadits, iman memiliki
cabang-cabang

فأفضلها،شعبةوستّونبضعأو،وسبعون بضعالإيمان))
((الإيمان من شعبة والحياء، الطريق عن
الأذى إماطة وأدناها اللإل إلهلقول
Dari
Abi Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: “ iman terdiri dari 60 cabang
lebih, yang paling utama adalah ucapan –laailaahaillallah- yang paling rendah
adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang
iman”
Cabang-cabang iman digolongkan
menjadi 3 golongan berdasarkan firman Allah SWT:

“Kemudian kitab itu
Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami,
lalu diantara mereka ada yang mendzolimi diri sendiri, ada yangpertengahan, dan
ada pula yang lebih dulu berbuat baik dengan izin Allah. Yang demikian itu
adalah karunia yang besar.” (surat fatir :32)
III.3 Tingkatan-Tingkatan Iman
Ø Tingkatan pertama: Ashlul Iman
Ashlul
iman adalah batas terendah dari iman yang mana apabila salah satu atau lebih
hal tersebut hilang dari diri seseorang maka iman pun ikut hilang dan pelakunya
menjadi kafir.
Ø Tingkatan kedua: Iman Al-wajib
Iman
Al-wajib adalah hal-hal yang diwajibkan oleh Allah SWT yang terdiri dari
hal-hal yang wajib dikerjakan dan hal-hal yang wajib ditinggalkan. Apabila
dilaksanakan maka iman akan bertambah serta mendapat pahala dari Allah SWT,
tetapi apabila ditinggalkan maka imannya jadi berkurang dan tidak hilang[1].
Serta dapat ancaman dari Allah ta’ala berupa neraka apabila tidak bertaubat.
Ø Tingkatan ketiga: iman Al-mustahab
Iman
Al-mustahab adalah tingkatan iman yang tertinggi. Mencakup perintah-perintah
Allah ta’ala yang hukumnya mustahab dan larangan-larangan Allah yang hukumnya
makruh. Orang yang meninggalkannya tidak dosa dan tidak diadzab, namun tidak
dapat surga dengan derajat yang tinggi.
III.4 Definisi Kufur
a.
Secara
bahasa
“Pembatasan dan Penutupan”
Pembatasan
dan penutupan.
b.
Secara
istilah
“Setiap pemikiran, perasaan, ucapan
lisan, dan pembuatan anggota badan yang menyelisihi perintah Allah dan
rasulNya.”
III.5 ingkatan-Tingkatan Kufur
Ø Tingkatan pertama
Semua
bentuk penyelisihan terhadap perintah Allah dan rasulNya yang apabila
dilakukan iman akan hilang dari diri
seseorang pelaku menjadi kafir. Apabila mati belum bertaubat. Istilah
penyelisihan terhadap perintah Allah diantaranya;
1)
Ushulul
kufri
2)
Nawaqidul
iman
3)
Nawaqidul
islam
4)
Kufrun
akbar
5)
Al-kabair
al-mukafiroh
Ø
Tingkatan
kedua
Semua
bentuk penyelisihan terhadap perintah Allah dan RasulNya yang apabila dilakukan
iman menjadi berkurang dan tidak hilang selama pelaku tidak menghalalkan
perbuatannya. Jenis ini juga memiliki istilah penyelisihan terhadap perintah
Allah, yaitu;
1)
Fur’ul
kufri
2)
Adz-dzunub
ghairu mukafiroh
3)
Al-ma’shiyat
ghairu mukafiroh
Dan
dua tingkatan penyelisihan terhadap perintah Allah dari jenis ini adalah;
1.
Al-khabair
ghairumukafiroh
Yaitu
semua dosa yang ada hukum hadnya di dunia atau ancaman Allah dengan neraka atau
murkaNya. Seperti zina, mencuri, durhaka, dan mengkonsumsi narkoba.
2.
Ash-shogoir
(dosa-dosa kecil)
Yaitu
semua dosa yang tidak ada hukum hadnya di dunia dan tidak ada ancaman khusus di
akhirat seperti zina mata.
BAB
IV
PERASAAN PEMBATAL KEIMANAN
Perasaan adalah salah satu unsure
penting dari iman yaitu Amalul Qolbi, maka perasaan ini adalah unsur yang harus
dan penting diperhatikan. Salah satu unsur ini terjebak dalam pembatal
keimanan, maka batalah imannya. Perasaan itu mencaku cinta, benci, ridho, takut
dan harap. Maka perasaan pembatal iman adalah perasaan yang membuat batal iman
seseorang tersebut. Contoh tersebar yaitu cinta yang membatalkan iman atau
biasa disbut syirkul mahabbah (cinta).
IV.1.1 Definisi dan Hakikat Cinta
Mendefinisikan cinta secara umum tidak
mungkin, sehingga sebagian ulama berkata, “sesungguhnya hakikat cinta tidak
dapat diketahui kecuali dengan menyebutkan contoh.” Pemahaman tentang hakikat
cinta kepada Rasulullah
juga
bermacam-macam. Ada yang mengatakan bahwa cinta kepadanya berarti mengikutinya.
Ada yang mengatakan bahwa cinta kepadanya berarti membelanya, mempertahankan
sunnahnya,tunduk kepadanya,dan takut menentangnya. Ada pula yang mengatakan
bahwa cinta kepadanya berarti selalum menyebutnya dan rindu kepadanya[2].

Sebagian mereka ada yang berpendapat
bahwa cinta kepadanya berarti cinta dengan cara memilih, bukan cinta secara
tabi’at. Sebagian mereka ada yang mendefinisikannya –ketika menjelaskan
haditsnya berbunyi.”tidak beriman salah seorang dari kamu hingga aku lebih
dicintai daripada dirinya sendiri- dengan berkata,”kamu tidak tulus dalam
mencintaiku sehingga kamu mengutamakan keridhoanku (Nabi
) atas hawa
nafsumu, walaupun didalamnya terdapat kebinasaan.

Definisi-definisi tersebut tidak
terlepas dari kekurangan, karena sebagiannya hanya terbatas pada gerakan badan
(yaitu cinta kepada hal yang kosong dan lebih dekat kepada cinta yang kering) dan
sebagian lainnya hanya membatasi pada perasaan yang abstrak. Dan kebanyakannya
tidak membedakan antara cinta dengan antara buah dan hasilnya, sehingga ikut,
taat, serta amal perbuatan lainnya tidak lebih hanya sebagai fenomena serta
hasil-hasil yang dibangkitkan dan didorong oleh cinta serta perasaan hati.
Tentang hakikat cinta, saya lebih
cenderung kepada pendapat bahwa ia adalah perasaan jiwa, kecenderungan hati,
cahaya ketuhanan, dan kebangkitan perasaan yang memalingkan hati orang yang
mencintai kepada orang yang dicintainya sehingga mendorongnya setuju dan rindu
kepadanya, serta menyebabkan ringan untuk membela, member, sukarela, dan
berkorban.
Penjelasan syeikh Muhammad ghozali
tentang hakikat cinta dan hubungannya, ia berkata,” Muhammad
bukanlah kisah yang dibacakan pada hari
lahirannya, sebagaimana yang banyak diperbuat oleh manusia sekarang ini. Menyanjung
Muhammad
bukanlah pada sholawat yang dibuat-buat yang
terkadang digabungkan dengan lafadz adzan. Hakikat cinta kepada Muhammad
bukanlah dengan cara menyusun pujian-pujian
untuknya dan merangkai sifat-sifat aneh, baik diiringi dengan mengadu maupun
tidak. Karena hubungan seorang muslim dengan Rasulullah
lebih kuat dan lebih dalam daripada
hubungan-hubungan yang dipalsukan dan didustakan atas nama agama. Kaum muslimin
tidak condong pada ungkapan-ungkapan ini dalam menjelaskan keterkaitan mereka
dengan nabi mereka kecuali pada hari mereka meninggalkan ajaran nabi sehingga
mereka mencukupkannya dengan gaya dan bentuk. Ketika gaya dan bentuk itu
terbatas didalam Islam, maka mereka membuat fitnah dengan membuat-buat bentuk
lain yang tidak selayaknya mereka kerjakan. Sedangkan usaha yang menuntut
kemauan keras ada pada keteguhan memegang inti ajaran yang telah ditinggalkan
dan kembali kepada esensi agama itu sendiri. Jadi, sebagai ganti dari
mendengarkan kisah mauled yang dibacakan oleh suara yang lembut, seseorang
harus bangkit untuk meluruskan jiwanya untuk memperbaiki keadaannya sehingga
menjadi dekat dengan sunnah Muhammad
dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat.
Baik dalam kondisi perang maupun damai, baik dalam ilmu maupun perbuatannya,
serta dalam dalam adat kebiasaan dan ibadahnya.





Seorang muslim yang tidak
menghidupkan rasul didalam dhomirnya, tidak mengikuti bashirohnya didalam
perbuatan dan pemikirannya, maka tidak bermanfaat baginya untuk selamanya gerak
lisannya dengan seribu sholawat sehari semalam.”[3]
Cinta yang sempurna kepada Allah dan
RasulNya memberikan konsekuensi adanya sesuatu yang dicintainya. Apabila cinta
dan bencinya hanya karena Allah SWT, yang keduanya adalah amal ibadah badan,
niscaya hal itu menunjukan kesempurnaan iman dan kesempurnaan cinta kepada
Allah SWT. Dari abu umamah RA, dari Rasulullah
bersabda, ”barang siapa cinta karena Allah,
dan melarang karena Allah, niscaya dia telah menyempurnakan iman.”[4]

IV.1.2 Macam-Macam Cinta
Al-allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah
berkata: “ ada 4 macam bentuk mahabbah yang harus dibedakan antara satu sama
lain, karena orang yang tidak dapat membedakannya pasti tersesat.
Pertama:
Mahabbatullah (mencintai Allah)
Mahabbatullah saja tidak mencukupi
untuk dapat selamat dari adzab Allah dan beruntung meraih pahalaNya. Sebab,
kaum musyrikin, para penyembah salib(kaum nasrani), kaum yahudi dan selain
merekapun mencintai Allah juga.
Kedua:
Mahabbatu maa yuhibbullah (mencintai apa saja yang dicintai Allah)
Mahabbah inilah yang memasukkan
seseorang kedalam islam, serta mengeluarkannya dari kekufuran. Manusia yang
paling dicintai oleh Allah adalah orang-orang yang paling hebat dalam
ber-“mahabbatumaa yuhibbullah”.
Ketiga:
Al-hubb lillah (cinta demi Allah) dan Al-hubb fillah (cinta karena Allah)
Ini merupkan bagian dari
konsekuensi-konsekuensi “mahabbatu maa yuhibbullah”.”Mahabbatu maa yuhibbullah”
itu tidak akan tegak kecuali harus dengan “al-hubb lillah” dan “al-hubb fillah”
ini.
Keempat:
Al-mahabbah ma’allah (mencintai sesuatu dan mensejajarkannya dengan
kecintaannya kepada Allah)
Ini merupakan “Al-mahabbah Asy-syarkiyah”
(kecintaan “bercabang”, kecintaan “partnerisme” atau kecintaan yang bersifat
syirik). Barang siapa yang ber”mahabbah ma’allah” terhadap sesuatu, maka ia
berarti telah menjadikan sesuatu yang ia cintai selain Allah itu sebagai
“tandingan” (nidd) terhadap Allah. Ini adalah Mahabbahnya kaum musyrikin.
Keempat macam syirik akbar diatas
dapat menyebabkan keluarnya seseorang dari Islam. Sebab, kesemuanya itu merupakan
bentuk ibadah, sedangkan memalingkan ibadah kepada selain Allah itu adalah
syirik. Allah ta’ala berfirman dalam surat Al-Mukminun:117

“Dan
barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu
dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi
Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung”
Allah
menamakan mereka sebagai orang-orang kafir karena mereka berdo’a kepada ilaah
lain disamping berdo’a kepada Allah ta’la.
VI.1.3 Tingkatan Cinta

“
Katakanlah: "jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri,
kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA, maka tunggulah
sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang fasik”At-Taubah:24
Ayat diatas menerangkan bahwa cinta
memiliki prioritas, yaitu:
1)
Allah
SWT
2)
Rasul-Nya
3)
Jihad
dijalan Nya
4)
Kepemilikannya
didunia seperti, keluarga, harta, dan kedudukan.
Apabila
Allah, Rasul, dan jihad tidak diutamakan, maka ia melakukan pembatal keimanan
(syirkul mahabbah). Cinta kepada Allah adalah (ghoyatul hub) tingkatan dalam
cinta. Cinta disini adalah cinta tanpa syarat, cinta yang merupakan bagian
terpenting atau bisa diumpamakan sebagai tubuh dan melahirkan sayap yaitu takut
dan harap.
Mencintai Allah, mencintai RasulNya,
mencintai jihad dijalanNya juga berjalan diatas logika yang sama. Ia melampaui
batas-batas perasaan suka dan tak suka. Mungkin ia sulit atau kalah
dibandingkan kecenderungan hati untuk mencintai ayah, anak, saudara, istri,
simpanan kekayaan, perniagaan dan kediaman-kediaman indah. Tapi ia mungkin dan
masuk akal untuk digapai.
Maka sebaik-baik prioritas cinta
adalah prioritas tersebut, karena mencintai Allah adalah totalitas kebahagiaan
pada diri seseorang. Sungguh merugi ketika totalitas cinta ditempatkan pada
selain Allah, Rasul dan jihad.
IV.2 Macam-Macam Bentuk Syirkul Mahabbah
Perasaan pembatal keimanan dalam
segi cinta biasa disebut syirkul mahabbah(syirik dalam masalah cinta). Yaitu
ketika cinta yang memiliki prioritas disalah tempatkan. Cinta tertinggi
(ghoyatul hub) hanya ditempatkan kepada Allah tanpa syarat. Cinta kepada Allah
membuahkan ibadah yang sesuai, maka cinta termasuk unsure penting ibadah. Maka
jika cinta seseorang sudah termasuk kategori syirkul mahabbah maka batallah
seluruh ibadah, walaupun dia merasa masih mengerjakan ibadah.
Syirkul mahabbah disini al-mahabbah
ma’allah (seperti penjelasan yang lalu) yaitu kecintaan yang mensejajarkan
kecintaan pada Allah dengan tandingan yang lain. Tandingan Allah disini bukan
hanya berarti tandingan yang memiliki kepenguasaan besar seperti presiden,
orang yang menetapkan hukum tidak sesuai syari’at, raja dan sejenisnya.
Tandingan disini juga bisa ayah, suami, anak, harta, rumah yang memiliki
pengaruh kuat dalam masalah memiliki dan cinta.
Maka dapat diambil garis penting
bahwa totalitas cinta kepada Allah ta’ala lalu diikuti oleh Rasulullah
kemudian jihad fisabilillah. Termasuk syirkul
mahabbah ketika panggilan jihad sudah berkumandang, tetapi memilih tak memenuhi
ketimbang melepas pelukan sang istri.

Termasuk pula saat ta’atnya kita
terhadap syari’at harus dikubur hanya karena perbedaan pandangan dengan kedua
orangtua, lalu memilih ikut mereka, hanya karena cinta. Bukankah sudah
difirmankan dalam kitabNya surat Luqman:15:
![]() |
“ Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan
ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”
|
Kisah romeo dan Juliet dari barat
dan layla majnun dari timur menggambarkan betapa cinta jika tidak didasari iman
serta unsur dan konsekuensinya akan menjadi syiriklah cinta tersebut.
Perasaan pembatal iman disamping
cinta banyak macamnya. Inti besarnya bahwa jika perasaan seseorang yang
meliputi ridha, harap, benci, dan sebagainya tidak terstruktur dan terkelola
sesuai syari’at islam, maka batallah iman tersebut.
Ridha terhadap kemungkaran atau
sebagai contoh ridha saat syari’at islam diinjak adalah contoh nyata dari
perasaan pembatal iman diatas.
IV.3 Dampak dan Bahaya Syirkul Mahabbah
Ibnu Taimiyyah berkata,: Mabuk
asmara dapat membuat penderitanya kurang akal dan ilmu, rusak agama dan
akhlaqnya, lalai akan seluruh kebaikan agama dan dunia, dan akibat buruknya
bisa berlipat ganda, bahkan jatuh cinta karena rupa yang diharamkan dapat
menjerumuskan kepada kemusyrikan. Semakin dekat seseorang kepada kemusyrikan
semakin jauh seseorang dari keikhlasan. Maka semakin hebat pula cintanya rupa
(karena wajah).
Ibnu Hazm berkata, “berapa banyak
orang yang terpelihara aibnya, tertutup rapat hijabnya, namun gejolak asmara berhasil
menyingkap semua tabir dan rahasia dan meruntuhkan pagar-pagarnya.”
Muhammad Ibrohim Al- hamd dalam
muqoddimah bukunya “Al-Isyqu” mengatakan betapa banyak duka nestapa dan rasa
pahit yang dirasakan oleh orang yang dimabuk cinta. Mabuk asmara adalah
penyakit yang sangat berbahaya, merusak jiwa, mendatangkan perasaan gelisah dan
gundah gelana. Siapa saja yang mengarungi samudra cinta pasti akan dipermainkan
oleh riak gelombang. Kebinasaan lebih dekat kepadanya daripada keselamatan.
Bahkan mabuk asmara dapat membawa
seseorang pada tingkatan kufur, seperti orang yang menjadikan
tandingan-tandingan selain Allah yang mereka cintai sama kadarnya seperti
mencinta Allah. Bagaimana halnya jika cinta kepada makhliknya itu lebih besar
daripada cinta kepada Allah. Cinta seperti ini tidak akan diampuni dan termasuk
syirik yang paling besar.
Mereka yang benar-benar dimabuk
cinta memiliki suasana hati yang sangat menggelora sehingga tidak mampu
menahannya. Sebuah fakta yang tidak terbantahkan, tentang bahaya orang yang
sedang dimabuk asmara,
·
Berapa
banyak mabuk cinta telah mengeluarkan orang-orang yang dikendaki Allah dari
ilmu dan agama yang mereka miliki, seperti keluarnya bulu dari adonan tepung.
·
Berapa
banyak akibat penyakit itu tersingkap aib seseorang, mendatangkan ketakutan,
meninggalkan kepedihan, lalu berganti menjadi penyesalan.
IV.4 Aplikasi Syirkul Mahabbah dalam Kehidupan
Sebagai pengaplikasian syirkul
mahabbah dalam kehidupan nyata, kita ambil beberapa contoh yaitu jika seorang
suami yang sangat mencintai istrinya, apabila istrinya melakukan suatu
perbuatan maksiat atau tidak diridhoi oleh Allah SWT, namun sang suami tidak
mengambil tindakan yang seharusnya karena cintanya, maka yang seperti itu
termasuk syirkul mahabbah yang dapat membatalkan keimanan seseorang.
BAB V
MENANAMKAN KECINTAAN KEPADA ALLAH
Sesungguhnya cinta kepada Allah
adalah pondasi yang mendasari agama Islam, dengan cinta yang sempurna itulah
agama ini menjadi sempurna dan dengan berkurangnya cinta tauhid seseorang
menjadi berkurang. Allah SWT berfirman:

“Dan diantara manusia
ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain llah, mereka
mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang
beriman sangat cinta kepada Allah…” QS. Al-Baqarah:165
Diriwayatkanoleh Imam Bukhori dan
Muslim dari hadits Anas bin Malik bahwa Nabi
bersabda, “Tiga
perkara yang apabila terdapat pada seseorang maka dia akan merasakan manisnya
keimanan: Allah dan rasulNya lebih dicintainya dari selain keduanya, tidak
mencintai seseorang kecuali karena Allah dan benci kembali kepada keterpurukan
sama seperti kebencian dirinya dicapakkan ke dalam api neraka”.[5]

Ibnul Qoyyim telah menyebutkan
sepuluh perkara yang bisa mendatangkan kecintaan kepada Allah:
Pertama:
Membaca al-qur’an dengan memahami dan merenungkan makna ayaat-ayatNya dan
apa-apa yang dimaksud oleh ayat-ayat tersebut. Allah SWT berfirman:
“Ini adalah sebuah
kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai pikiran.”
QS Shaad: 29
Allah
SWT berfirman:

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan
al-qur’an ataukah hati mereka terkunci.” QS Muhammad:24
Abdullah
bin Mas’ud berkata: “Janganlah kalian menaburkannya (membaca al-qur’an) sama
seperti menaburkan biji-bijian (gandum), dan jangan pula melantunkannya sama
seperti melantunkan sya’ir, berhentilah pada keajaiban-keajaibannya,
getarkanlah hati dengannya danjanganlah semangat kalian hanya tertuju untuk
mengakhiri suatu surat.”[6]
Kedua:
bertaqarrub kepada Allah dengan ibadah-ibadah yang sunnah setelah
menyempurnakan yang wajib. Diriwayatkan oleh imam bukhori didalam kitab
shohihnya bahwa dia berkata, Nabi
bersabda: Allah SWT berfirman barangsiapa yang
memusuhi hambaKu maka aku telah mengumumkan perang terhadapnya, dan tidaklah
seorang hamba bertaqarrub kepadaku dengan suatu ibadah yang lebih Aku cintai
dari apa yang telah Aku wajibkan baginya, dan hambaKu senantiasa beribadah
kepadaKu dengan ibadah-ibadah yang sunnah sehingga Aku mencintainya, maka jika
Aku mencintainya maka Aku jadi pendengaran yang diipergunakannya untuk
mendengar, menjadi pandangannya yang dipergunakan untuk melihat, menjadi
tangannya yang dipergunakaan untuk memegang, dan menjadi kakinya yang dipergunakannya
untuk melangkah, jika dia minta kepadaKu niscaya Aku mengasihinya danjika
meminta ampun kepadaKu niscaya Aku mengampuninya, dan jika dia berlindung
denganKu niscaya Aku Aku pasti melindunginya, dan tidaklah Aku pernah ragu
melakukan sesuatu seperti keraguan diriku mengambil nyawa seorang yang beriman,
dia membenci kematian dan Aku tidak suka berbuat buruk kepadanya.”[7]

Ketiga:
selalu berdzikir kepada Allah dalam setiap kesempatan baik dengan lisan dan
hati serta amal perbuatan. Maka dia akan mendapatkan kecintaan sebatas ini.
Allah SWT berfirman:

“(yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah-lah hati
menjadi tentram.” QS Ar-Ra’ad:28
Diriwayatkan
oleh Bukhori dan Muslim dari hadits Abi Hurairah RA bahwa Nabi
bersabda:
“Aku seperti apa yang
dipersangkakan hambaKu terhadap diriKu, dan aku tetap bersamanya pada saat dia
mengingatku jika dia mengingat diriku pada dirinya maka Akupun akan
mengingatnya pada Diriku, dan jika dia mengingat diriku pada sebuah perkumpulan
yang lebih baik dari mereka”[8]

Keempat:
Mengutamakan apa yang dicintaiNya dari apa yang engkau cintai pada saat hawa
nafsu menguasai. Allah SWTberfirman:

Katakanlah: “jika
bapak-bapak, anak-anaak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu,harta
kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada
Allah dan rasulNya dan (dari) berjihad dijalanNya. Dan Allah tidak member
petunjuk kepada orang-orang fasik.”
QS At-Taubah : 24
Maka
seseorang harus mengutamakan apa-apa yang dicintai dan diinginkan oleh Allah
dari apa-apa yang dicintai dan diinginkan oleh hamba. Maka dia harus mencintai
apa yang dicintai oleh Allah dan membenci apa yang dibenci oleh Allah, dia
berloyalitas karena Allah dan memusuhi seseorang karena Allah. Diriwayatkan
oleh Imam Bukhori dan Muslim dari Anas bin Malik, Nabi
bersabda: “
tidaklah beriman salah seorang diantara kalian sehingga dia menjadikan diriku
sebagai yang paling dicintainya daripada bapaknya, anaknya, dan seluruh
manusia.”[9]

Didalam
shahih Bukhori Umar RA brkata: wahai Rasulullah engkau adalah orang yang paling
aku cintai dari segala sesuatu kecuai diriku, maka Nabi
bersabda: “tidak
demikian demi yang jiwaku berada ditanganNya, sehingga aku lebih engkau cintai
daripada dirimu.”. maka umar berkata: sungguh sekarang ini engkau adalah
orang yang paling aku cintai bahkan terhadap diriku, maka Nabi
bersabda: sekarang
wahai Umar.”[10]


Kelima:
Hati menyadari makna yang terkandung dalam asma dan sifat Allah SWT, dan dia
bersaksi atas kebenarannya serta melandasi hidupnya dengan kesadaran dan
cakupan asma dan sifat ini. Allah SWT berfirman:

“ Hanya milik Allah
asm’ul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asma’ulhusna itu dan
tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut )
nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang mereka
kerjakan.” QS Al-A’raaf : 180
Keenam:
Bersaksi atas kebaikan Allah dan anugrahNya serta nikmatNya yang zhahir dan
bathin. Allah SWT berfirman:

“dan Dia telah
memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya.
Dan jika kamu menghitung nikmat Allah,tidaklah dapat kamu menghinggakannya.
Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari nikmat Allah.”
( QS Ibrohim: 34)
Allah
SWT juga berfirman:
“dan apa saja nikmat
yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh
kemudharatan, maka hanya kepadaNya lah kamu meminta pertolongan.”
QS An-Nahl: 53
Diantara
anugrah besar yang diberikan oleh Allah adalah nikmat petunjuk kepada agama
ini. Allah SWT berfirman:
“pada hari ini telah Ku
sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan
telah Kuridhai islam itu jai agama bagimu.”
QS Al-Maidah:3
Ketujuh:
Dan inilah yang paling ajaib, yaitu bersimpuh di hadapan Allah Azza wajalla.
Syaikhul islam berkata: orang yang arif berjalan menuju Allah pada rel
pengakuannya terhadap pemberian Allah dan kesadaran dirinya akan kekurangan
pribadinya dan amalnya.”
Diriwayatkan
oleh Imam Bukhori di dalam kitab shohihnya dari Saddad bin Aus bahwa Nabi
bersabda: penghulu istighfar adalah seorang
hamba yang mengatakan:…..( sebuah hadits…..). maka dengan sabda Nabi
:


“aku akan mengakui semua nikmat yang telah
engkau berikan kepadaku dan aku mengakui dosa-dosaku.”Dengan hadits ini Rasulullah
mengumpulkan antara pengakuan akan semua
anugrah Allah dan kesadaran akan kekurangan diri dan amal. Maka pengakuan akan
semua nikmat akan melahirkan kecintaan dan rasa syukur kepada dzat yang memberi
nikmat dan anugrah. Dan kesadaran akan kekurangan diri dan amal akan melahirkan
kehinaan daa menyerahkan diri serta sadar akan kebutuhan dirinya kepada Allah dalam
setiap waktu, dan dia tidak melihatdirinya kecuali sebagai orang yang merugi,
dan pintu paling dekatyang bisa dimanfaaytkan oleh seorang hamba untuk
bertaqarrub kepada Allah adalah pintu kesadaran akan keadaan diri yang selalu
merugi. Dia tidak melihat bagi ddirinya suatu keadaan, tempat dan sebab untuk
berpegang dengannya, tidak ada cara yang diharapkannyaa, namun dia menerobos
untuk mendekat kepada Allah dari celah kebutuhan dirinya kepada Allah semata,
rugi jika tidak mendekat dengannya sama seperti menerobosnya seseorang yang
hatinya telah luluh karena kemiskinan dan kehinaan sehingga mengantarkan
dirinya kepada kepasrahan yang paling dalam, dia melihat dirinya gumpalan
dirinya yang lahir dan bathin sebagai wujud kemiskinan yang sempurna kepada
Rabbnya, sehinggan dia meyakini bahwa jika dirinya menjau darinya sekejap maka
ia akan binasa dan akan mengalami kerugian yang tidak bisa digaanti kecuali
dengan kembali kepada Allah dan mendapat rahmat Allah.”[11]

Kedelapan:Berkhulwah
pada saat turunnya Allah dan membaca kitabNya lalu dia mengakhirinya dengan
istighfar dan bertaubat. Allah SWT berfirman:


Di dunia mereka sedikit sekali tidur
diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. QS
Adz-dzariyat:17-18.
Rasulullah
bersabda: “Rabb kita Yang Maha Tinggi turun pada setiap
malam ke langit dunia pada saat sepertiga malam terakhir dan Dia menyeru,
siapakah yang berdo’a kepadaKu maka Aku akan mengabulkan permohonannya dan
memohon kepadaKu maka Aku akan mengabulkan permohonannya dan barang siapa yang
meminta ampun maka Aku akan mengampuninya.”[12]

Kesembilan:
Duduk bersama orang-orang yang cinta kepada Allah dan jujur serta menimba perkataan-perkataan
mereka yang baik dan tidak berbicara kecuali jika pembicaraan tersebut telah
benar-benar baik dan diketahui dapat memberikan tambahan bagi keadaan sekarang
dan manfaat bagi orang lain. Amirul mukminin Umar bin Al-khattab berkata: “Seandainya bukan karena 3 hal maka aku tidak
suka hidup didunia ini, yaitu berperang dijalan Allah, melewati malam-malam
dengan beribadah, dan duduk bersama kaum yang memilih pembicaraan yang baik
sebagaimana kita memilih buah yang baik.”[13]
Didalam
ash-shohihaini dari hadits Abi Hurairoh RA bahwa Nabi
bersabda: “barang siapa yang beriman kepada Allah dan
hari akhir maka hendaklah dia berkata baik atau diam.”[14]

Kesepuluh:
Menjauhi segala perkara yang menghalangi antara hati dengan Allah SWT.
Dengan
salah satu sebab yang sepuluh ini orang yang ingin mencintai Allah akan sampai
kepada cinta yang sebenarnya dan mereka akan menerobos cinta Allah SWT.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Ketika
cinta datang, suasana perasaan begitu kuat pada lamunan yang sarat dengan
kerinduan. Jiwa kita tidak bisa dibohongi, haru biru gejolak asmara cinta telah
membuat hati kita buta, sehingga tak sadarkan diri bahwa sesungguhnya kita
telah menodai kemurnian cinta yang diberikan oleh Sang Maha Pecinta, yaitu
Allah SWT.
Saat qolbu terpaut kepada Allah
saja, suatu hari semua akan indah. Maka, alihkan sebut nama manusia kepada
sebut nama Allah, sampai tiada tersebut kecuali namaNya. Gantikan baca rayuan
tak halal dengan kalam Allah, sampai tiada terikat qolbu kecuali pada ayatNya.
Enyahkan percakapan malam dengan berdiri hadapkan diri pada Allah, hingga tak
tersisa tenagamu kecuali saat bersujud padaNya. Ubah tangismu karena manusia
dengan tangis karena takut akan Allah, hingga keringkan airmata murkaNya. Kita
mungkin takkan kuat bila harus jalani sendiri, karena itulah harus dekati Allah
dan rasulNya. Lakukanlah semua perbuatanmu semata hanya karena Allah SWT.
Rasulullah saw mengajarkan umatnya
untuk berdo'a supaya dijauhakan dari kesyirikan baik yang disadari atupun
tidak:
اللهم إنا نعوذ بك أن نشرك بك شيئا نعلمه ونستغفرك لما لا نعلمه
"Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari berbuat syirik sementara kami mengetahuinya dan kami memohon ampunan terhadap (kesyirikan) yang tidak kami sadari.”
Oleh karena itu, maka tambahlah wawasan dengan mempelajari, memahami, mengamalkan, dan mengajarkan ilmu tentang hal yang berkaitan dengan ini, agar mendapatkan pahala serta cinta dari Allah SWT. Semoga Allah selalu menjaga perasaan kita semua dari pembatal keimanan.
اللهم إنا نعوذ بك أن نشرك بك شيئا نعلمه ونستغفرك لما لا نعلمه
"Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari berbuat syirik sementara kami mengetahuinya dan kami memohon ampunan terhadap (kesyirikan) yang tidak kami sadari.”
Oleh karena itu, maka tambahlah wawasan dengan mempelajari, memahami, mengamalkan, dan mengajarkan ilmu tentang hal yang berkaitan dengan ini, agar mendapatkan pahala serta cinta dari Allah SWT. Semoga Allah selalu menjaga perasaan kita semua dari pembatal keimanan.
DAFTAR PUSTAKA
2005,Al-Qur’anul
Karim, Bandung, Syamil Cipta Media.
A.Fillah, Salim,
2011, Jalan Cinta Para Pejuang, Pro-U
Media.
Abdullah,
Ibrohim, Al-Imaan, Makalah: Tidak
Dipublikasikan.
Hamid Al-Mua’dz,
Nabil, Cara Mencintai Rasulullah SAW,
Gema Insani.
Muhammad bin Abdul
Wahab, Penjelasan Tentang Pembatal
Keislaman.
[1] Selama pelaku tidak menghalalkan perbuatannya yaitu menganggap
sebuah dosa.
[2] Al-qhodiiyadh, asy-syifa, 2/23
[3] Fiqh ash-shiroh hal 5
[4] HR Abu Daud, hadits hasan
[5] Shahih bukhori hal.26-27dan muslim
[6] Mushonnaf ibnu abi syaibah: 2/256 no:8733
[7] Bukhori:6502
[8] Al-bukhori:7405 dan muslim:2675
[9] Al-bukhori: 15 dan muslim:44
[10] Al-bukhori:6632
[11] Al-wbilus shayyib:minal kalimit thayyib: hal7-8
[12] Al-bukhori: 1145 dan muslim: 758
[13] Mukhtashor qiyamullail lil marwazi: hal 62
Tidak ada komentar:
Posting Komentar