Ahlan Wa Sahlan
 

Senin, 08 September 2014

PERASAAN PEMBATAL IMAN



DAFTAR ISI




 

 

 

 

 



BAB I
PENDAHULUAN


I.1 Latar Belakang

            Segala puji bagi Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahNya. Shalawat serta salam senantiasa kita panjatkan kepada Nabi besar kita Muhammad , keluarga, sahabat dan umatnya yang istiqomah menempuh syari’atnya hingga akhir zaman.
            Pembahasan masalah iman merupakan perkara  yang sangat urgen dalam agama Islam, dikarenakan masalah iman ada kaitannya dengan agama itu sendiri. Artinya apabila iman seseorang itu benar maka benarlah ia dalam beragama. Sebaliknya, apabila iman seseorang itu rusak, maka rusaklah agamanya.
            Namun sebaliknya, dewasa ini kebanyakan kaum muslimin tidak mengerti bahkan jauh dari pemahaman yang benar akan hal ini. Jarang dari mereka yng ingin mempelajarinya dengan serius, bahkan ada sebagian dari mereka phobi apabila mendengar istilah iman atau aqidah. Mereka malah cenderung pada amalan-amalan serta keyakinan yang baru (bid’ah), padahal perbuatan ini jauh-jauh hari dilarang oleh Rasulullah karena akan menyesatkan pelakunya.
            Selanjutnya, ketahuilah wahai saudaraku kaum muslimin, bahwa Allah SWT telah mewajibkan kepada seluruh hamba-hambaNya untuk berpegang teguh kepada Islam, serta berhati-hati untuk tidak menyimpang darinya. Allah juga mengingatkan dalam banyak ayat-ayat al-qur’an untuk menghindari sebab-sebab kemurtadan, segala macam kemusyrikan dan kekafiran.
            Para ulama telah menyebutkan dalam bab hukum kemurtadan, bahwa seorang muslim bisa dianggap murtad dengan berbagai macam hal yang membatalkan keislaman, yang menyebabkan halal darah dan hartanya dan dianggap keluar dari agama islam. Dan saya sebutkan secara ringkas, dengan sedikit tambahan penjelasan agar anda dan orang-orang selain anda berhati-hati dari hal ini, dengan harapan dapat selamat dan terbebas darinya.

I.2 Rumusan Masalah


1.      Apa itu Iman dan Kufur?
2.      Apa yang termasuk Perasaan dari pembatal keimanan?
3.      Apa definisi dan hakikat Cinta?
4.      Bagaimana cara menghindari dari perasaan pembatal keimanan?







BAB II
LANDASAN TEORI


QS At-Taubah:24                                                                                                       
http://www.dudung.net/images/quran/9/9_24.png
Katakanlah: "jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”

QS Al-An’am: 162
http://www.dudung.net/images/quran/6/6_162.png
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”.

QS Al-Baqarah: 165

http://www.dudung.net/images/quran/2/2_165.png

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu  mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal)”

Nabi bersabda,” barangsiapa mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberikarena Allah, dan menengah karena Allah sesungguhnya telah sempurna imannya.”
.

 

BAB III
IMAN DAN KUFUR


III.1 Definisi Iman

a.                   Iman secara bahasa
“Pembenaran hati terhadap urusan-urusan yang bersifat ghaib”
b.                  Iman secara istilah
Perkataan dan perbuatan yang dicintai oleh Allah dan diridhoi olehNya”.
Perkataan ada dua jenis, yaitu Qoulul qolbi (pemikiran),dan Qoulul lisan (perkataan lisan). Perbuatan pun ada dua jenis, yaitu Amalul qolbi (perasaan), dan Amalul jawarih (perbuatan anggota badan).
Kaitan antara definisi secara bahasa dan istilah adalah orang yang beriman wajib membenarkan berita-berita yang bersifat ghaib yang datang dari Nabi, barang siapa yang mendustakannya maka ia kafir dan orang yang beriman adalah orang yang mengamankan diri dari api neraka dan adzab Allah.

III.2 Cabang-Cabang Iman
            Seperti yang diterangkan oleh Nabi  dalam sebuah hadits, iman memiliki cabang-cabang
فأفضلها،شعبةوستّونبضعأو،وسبعون بضعالإيمان))
((الإيمان من شعبة والحياء، الطريق عن الأذى إماطة وأدناها اللإل إلهلقول
Dari Abi Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: “ iman terdiri dari 60 cabang lebih, yang paling utama adalah ucapan –laailaahaillallah- yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang iman”
            Cabang-cabang iman digolongkan menjadi 3 golongan berdasarkan firman Allah SWT:
http://www.dudung.net/images/quran/35/35_32.png
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih diantara hamba-hamba Kami, lalu diantara mereka ada yang mendzolimi diri sendiri, ada yangpertengahan, dan ada pula yang lebih dulu berbuat baik dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang besar.” (surat fatir :32)

III.3 Tingkatan-Tingkatan Iman

Ø    Tingkatan pertama: Ashlul Iman
Ashlul iman adalah batas terendah dari iman yang mana apabila salah satu atau lebih hal tersebut hilang dari diri seseorang maka iman pun ikut hilang dan pelakunya menjadi kafir.
Ø    Tingkatan kedua: Iman Al-wajib
Iman Al-wajib adalah hal-hal yang diwajibkan oleh Allah SWT yang terdiri dari hal-hal yang wajib dikerjakan dan hal-hal yang wajib ditinggalkan. Apabila dilaksanakan maka iman akan bertambah serta mendapat pahala dari Allah SWT, tetapi apabila ditinggalkan maka imannya jadi berkurang dan tidak hilang[1]. Serta dapat ancaman dari Allah ta’ala berupa neraka apabila tidak bertaubat.
Ø    Tingkatan ketiga: iman Al-mustahab
Iman Al-mustahab adalah tingkatan iman yang tertinggi. Mencakup perintah-perintah Allah ta’ala yang hukumnya mustahab dan larangan-larangan Allah yang hukumnya makruh. Orang yang meninggalkannya tidak dosa dan tidak diadzab, namun tidak dapat surga dengan derajat yang tinggi.

III.4 Definisi Kufur

a.                   Secara bahasa
Pembatasan dan Penutupan
Pembatasan dan penutupan.
b.                  Secara istilah
“Setiap pemikiran, perasaan, ucapan lisan, dan pembuatan anggota badan yang menyelisihi perintah Allah dan rasulNya.”

III.5 ingkatan-Tingkatan Kufur

Ø    Tingkatan pertama
Semua bentuk penyelisihan terhadap perintah Allah dan rasulNya yang apabila dilakukan  iman akan hilang dari diri seseorang pelaku menjadi kafir. Apabila mati belum bertaubat. Istilah penyelisihan terhadap perintah Allah diantaranya;
1)                  Ushulul kufri
2)                  Nawaqidul iman
3)                  Nawaqidul islam
4)                  Kufrun akbar
5)                  Al-kabair al-mukafiroh
Ø    Tingkatan kedua
Semua bentuk penyelisihan terhadap perintah Allah dan RasulNya yang apabila dilakukan iman menjadi berkurang dan tidak hilang selama pelaku tidak menghalalkan perbuatannya. Jenis ini juga memiliki istilah penyelisihan terhadap perintah Allah, yaitu;
1)                  Fur’ul kufri
2)                  Adz-dzunub ghairu mukafiroh
3)                  Al-ma’shiyat ghairu mukafiroh
Dan dua tingkatan penyelisihan terhadap perintah Allah dari jenis ini adalah;
1.                  Al-khabair ghairumukafiroh
Yaitu semua dosa yang ada hukum hadnya di dunia atau ancaman Allah dengan neraka atau murkaNya. Seperti zina, mencuri, durhaka, dan mengkonsumsi narkoba.
2.                  Ash-shogoir (dosa-dosa kecil)
Yaitu semua dosa yang tidak ada hukum hadnya di dunia dan tidak ada ancaman khusus di akhirat seperti zina mata.














BAB IV
PERASAAN PEMBATAL KEIMANAN


            Perasaan adalah salah satu unsure penting dari iman yaitu Amalul Qolbi, maka perasaan ini adalah unsur yang harus dan penting diperhatikan. Salah satu unsur ini terjebak dalam pembatal keimanan, maka batalah imannya. Perasaan itu mencaku cinta, benci, ridho, takut dan harap. Maka perasaan pembatal iman adalah perasaan yang membuat batal iman seseorang tersebut. Contoh tersebar yaitu cinta yang membatalkan iman atau biasa disbut syirkul mahabbah (cinta).

IV.1.1 Definisi dan Hakikat Cinta

            Mendefinisikan cinta secara umum tidak mungkin, sehingga sebagian ulama berkata, “sesungguhnya hakikat cinta tidak dapat diketahui kecuali dengan menyebutkan contoh.” Pemahaman tentang hakikat cinta kepada Rasulullah juga bermacam-macam. Ada yang mengatakan bahwa cinta kepadanya berarti mengikutinya. Ada yang mengatakan bahwa cinta kepadanya berarti membelanya, mempertahankan sunnahnya,tunduk kepadanya,dan takut menentangnya. Ada pula yang mengatakan bahwa cinta kepadanya berarti selalum menyebutnya dan rindu kepadanya[2].

            Sebagian mereka ada yang berpendapat bahwa cinta kepadanya berarti cinta dengan cara memilih, bukan cinta secara tabi’at. Sebagian mereka ada yang mendefinisikannya –ketika menjelaskan haditsnya berbunyi.”tidak beriman salah seorang dari kamu hingga aku lebih dicintai daripada dirinya sendiri- dengan berkata,”kamu tidak tulus dalam mencintaiku sehingga kamu mengutamakan keridhoanku (Nabi ) atas hawa nafsumu, walaupun didalamnya terdapat kebinasaan.
            Definisi-definisi tersebut tidak terlepas dari kekurangan, karena sebagiannya hanya terbatas pada gerakan badan (yaitu cinta kepada hal yang kosong dan lebih dekat kepada cinta yang kering) dan sebagian lainnya hanya membatasi pada perasaan yang abstrak. Dan kebanyakannya tidak membedakan antara cinta dengan antara buah dan hasilnya, sehingga ikut, taat, serta amal perbuatan lainnya tidak lebih hanya sebagai fenomena serta hasil-hasil yang dibangkitkan dan didorong oleh cinta serta perasaan hati.
            Tentang hakikat cinta, saya lebih cenderung kepada pendapat bahwa ia adalah perasaan jiwa, kecenderungan hati, cahaya ketuhanan, dan kebangkitan perasaan yang memalingkan hati orang yang mencintai kepada orang yang dicintainya sehingga mendorongnya setuju dan rindu kepadanya, serta menyebabkan ringan untuk membela, member, sukarela, dan berkorban.
            Penjelasan syeikh Muhammad ghozali tentang hakikat cinta dan hubungannya, ia berkata,” Muhammad  bukanlah kisah yang dibacakan pada hari lahirannya, sebagaimana yang banyak diperbuat oleh manusia sekarang ini. Menyanjung Muhammad  bukanlah pada sholawat yang dibuat-buat yang terkadang digabungkan dengan lafadz adzan. Hakikat cinta kepada Muhammad   bukanlah dengan cara menyusun pujian-pujian untuknya dan merangkai sifat-sifat aneh, baik diiringi dengan mengadu maupun tidak. Karena hubungan seorang muslim dengan Rasulullah  lebih kuat dan lebih dalam daripada hubungan-hubungan yang dipalsukan dan didustakan atas nama agama. Kaum muslimin tidak condong pada ungkapan-ungkapan ini dalam menjelaskan keterkaitan mereka dengan nabi mereka kecuali pada hari mereka meninggalkan ajaran nabi sehingga mereka mencukupkannya dengan gaya dan bentuk. Ketika gaya dan bentuk itu terbatas didalam Islam, maka mereka membuat fitnah dengan membuat-buat bentuk lain yang tidak selayaknya mereka kerjakan. Sedangkan usaha yang menuntut kemauan keras ada pada keteguhan memegang inti ajaran yang telah ditinggalkan dan kembali kepada esensi agama itu sendiri. Jadi, sebagai ganti dari mendengarkan kisah mauled yang dibacakan oleh suara yang lembut, seseorang harus bangkit untuk meluruskan jiwanya untuk memperbaiki keadaannya sehingga menjadi dekat dengan sunnah Muhammad  dalam menjalani kehidupan dunia dan akhirat. Baik dalam kondisi perang maupun damai, baik dalam ilmu maupun perbuatannya, serta dalam dalam adat kebiasaan dan ibadahnya.
            Seorang muslim yang tidak menghidupkan rasul didalam dhomirnya, tidak mengikuti bashirohnya didalam perbuatan dan pemikirannya, maka tidak bermanfaat baginya untuk selamanya gerak lisannya dengan seribu sholawat sehari semalam.”[3]
            Cinta yang sempurna kepada Allah dan RasulNya memberikan konsekuensi adanya sesuatu yang dicintainya. Apabila cinta dan bencinya hanya karena Allah SWT, yang keduanya adalah amal ibadah badan, niscaya hal itu menunjukan kesempurnaan iman dan kesempurnaan cinta kepada Allah SWT. Dari abu umamah RA, dari Rasulullah  bersabda, ”barang siapa cinta karena Allah, dan melarang karena Allah, niscaya dia telah menyempurnakan iman.”[4]

IV.1.2 Macam-Macam Cinta

            Al-allamah Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata: “ ada 4 macam bentuk mahabbah yang harus dibedakan antara satu sama lain, karena orang yang tidak dapat membedakannya pasti tersesat.
Pertama: Mahabbatullah (mencintai Allah)
            Mahabbatullah saja tidak mencukupi untuk dapat selamat dari adzab Allah dan beruntung meraih pahalaNya. Sebab, kaum musyrikin, para penyembah salib(kaum nasrani), kaum yahudi dan selain merekapun mencintai Allah juga.
Kedua: Mahabbatu maa yuhibbullah (mencintai apa saja yang dicintai Allah)
            Mahabbah inilah yang memasukkan seseorang kedalam islam, serta mengeluarkannya dari kekufuran. Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah orang-orang yang paling hebat dalam ber-“mahabbatumaa yuhibbullah”.
Ketiga: Al-hubb lillah (cinta demi Allah) dan Al-hubb fillah (cinta karena Allah)
            Ini merupkan bagian dari konsekuensi-konsekuensi “mahabbatu maa yuhibbullah”.”Mahabbatu maa yuhibbullah” itu tidak akan tegak kecuali harus dengan “al-hubb lillah” dan “al-hubb fillah” ini.
Keempat: Al-mahabbah ma’allah (mencintai sesuatu dan mensejajarkannya dengan kecintaannya kepada Allah)
            Ini merupakan “Al-mahabbah Asy-syarkiyah” (kecintaan “bercabang”, kecintaan “partnerisme” atau kecintaan yang bersifat syirik). Barang siapa yang ber”mahabbah ma’allah” terhadap sesuatu, maka ia berarti telah menjadikan sesuatu yang ia cintai selain Allah itu sebagai “tandingan” (nidd) terhadap Allah. Ini adalah Mahabbahnya kaum musyrikin.
            Keempat macam syirik akbar diatas dapat menyebabkan keluarnya seseorang dari Islam. Sebab, kesemuanya itu merupakan bentuk ibadah, sedangkan memalingkan ibadah kepada selain Allah itu adalah syirik. Allah ta’ala berfirman dalam surat Al-Mukminun:117
http://www.dudung.net/images/quran/23/23_117.png
Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung”
Allah menamakan mereka sebagai orang-orang kafir karena mereka berdo’a kepada ilaah lain disamping berdo’a kepada Allah ta’la.

 

VI.1.3 Tingkatan Cinta


http://www.dudung.net/images/quran/9/9_24.png
Katakanlah: "jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”At-Taubah:24
            Ayat diatas menerangkan bahwa cinta memiliki prioritas, yaitu:
1)                  Allah SWT
2)                  Rasul-Nya
3)                  Jihad dijalan Nya
4)                  Kepemilikannya didunia seperti, keluarga, harta, dan kedudukan.
Apabila Allah, Rasul, dan jihad tidak diutamakan, maka ia melakukan pembatal keimanan (syirkul mahabbah). Cinta kepada Allah adalah (ghoyatul hub) tingkatan dalam cinta. Cinta disini adalah cinta tanpa syarat, cinta yang merupakan bagian terpenting atau bisa diumpamakan sebagai tubuh dan melahirkan sayap yaitu takut dan harap.
            Mencintai Allah, mencintai RasulNya, mencintai jihad dijalanNya juga berjalan diatas logika yang sama. Ia melampaui batas-batas perasaan suka dan tak suka. Mungkin ia sulit atau kalah dibandingkan kecenderungan hati untuk mencintai ayah, anak, saudara, istri, simpanan kekayaan, perniagaan dan kediaman-kediaman indah. Tapi ia mungkin dan masuk akal untuk digapai.
            Maka sebaik-baik prioritas cinta adalah prioritas tersebut, karena mencintai Allah adalah totalitas kebahagiaan pada diri seseorang. Sungguh merugi ketika totalitas cinta ditempatkan pada selain Allah, Rasul dan jihad.

IV.2 Macam-Macam Bentuk Syirkul Mahabbah

            Perasaan pembatal keimanan dalam segi cinta biasa disebut syirkul mahabbah(syirik dalam masalah cinta). Yaitu ketika cinta yang memiliki prioritas disalah tempatkan. Cinta tertinggi (ghoyatul hub) hanya ditempatkan kepada Allah tanpa syarat. Cinta kepada Allah membuahkan ibadah yang sesuai, maka cinta termasuk unsure penting ibadah. Maka jika cinta seseorang sudah termasuk kategori syirkul mahabbah maka batallah seluruh ibadah, walaupun dia merasa masih mengerjakan ibadah.
            Syirkul mahabbah disini al-mahabbah ma’allah (seperti penjelasan yang lalu) yaitu kecintaan yang mensejajarkan kecintaan pada Allah dengan tandingan yang lain. Tandingan Allah disini bukan hanya berarti tandingan yang memiliki kepenguasaan besar seperti presiden, orang yang menetapkan hukum tidak sesuai syari’at, raja dan sejenisnya. Tandingan disini juga bisa ayah, suami, anak, harta, rumah yang memiliki pengaruh kuat dalam masalah memiliki dan cinta.
            Maka dapat diambil garis penting bahwa totalitas cinta kepada Allah ta’ala lalu diikuti oleh Rasulullah  kemudian jihad fisabilillah. Termasuk syirkul mahabbah ketika panggilan jihad sudah berkumandang, tetapi memilih tak memenuhi ketimbang melepas pelukan sang istri.
            Termasuk pula saat ta’atnya kita terhadap syari’at harus dikubur hanya karena perbedaan pandangan dengan kedua orangtua, lalu memilih ikut mereka, hanya karena cinta. Bukankah sudah difirmankan dalam kitabNya surat Luqman:15:


http://www.dudung.net/images/quran/31/31_15.png
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”

            Kisah romeo dan Juliet dari barat dan layla majnun dari timur menggambarkan betapa cinta jika tidak didasari iman serta unsur dan konsekuensinya akan menjadi syiriklah cinta tersebut.
            Perasaan pembatal iman disamping cinta banyak macamnya. Inti besarnya bahwa jika perasaan seseorang yang meliputi ridha, harap, benci, dan sebagainya tidak terstruktur dan terkelola sesuai syari’at islam, maka batallah iman tersebut.
            Ridha terhadap kemungkaran atau sebagai contoh ridha saat syari’at islam diinjak adalah contoh nyata dari perasaan pembatal iman diatas.

IV.3 Dampak dan Bahaya Syirkul Mahabbah

            Ibnu Taimiyyah berkata,: Mabuk asmara dapat membuat penderitanya kurang akal dan ilmu, rusak agama dan akhlaqnya, lalai akan seluruh kebaikan agama dan dunia, dan akibat buruknya bisa berlipat ganda, bahkan jatuh cinta karena rupa yang diharamkan dapat menjerumuskan kepada kemusyrikan. Semakin dekat seseorang kepada kemusyrikan semakin jauh seseorang dari keikhlasan. Maka semakin hebat pula cintanya rupa (karena wajah).
            Ibnu Hazm berkata, “berapa banyak orang yang terpelihara aibnya, tertutup rapat hijabnya, namun gejolak asmara berhasil menyingkap semua tabir dan rahasia dan meruntuhkan pagar-pagarnya.”
            Muhammad Ibrohim Al- hamd dalam muqoddimah bukunya “Al-Isyqu” mengatakan betapa banyak duka nestapa dan rasa pahit yang dirasakan oleh orang yang dimabuk cinta. Mabuk asmara adalah penyakit yang sangat berbahaya, merusak jiwa, mendatangkan perasaan gelisah dan gundah gelana. Siapa saja yang mengarungi samudra cinta pasti akan dipermainkan oleh riak gelombang. Kebinasaan lebih dekat kepadanya daripada keselamatan.
            Bahkan mabuk asmara dapat membawa seseorang pada tingkatan kufur, seperti orang yang menjadikan tandingan-tandingan selain Allah yang mereka cintai sama kadarnya seperti mencinta Allah. Bagaimana halnya jika cinta kepada makhliknya itu lebih besar daripada cinta kepada Allah. Cinta seperti ini tidak akan diampuni dan termasuk syirik yang paling besar.
            Mereka yang benar-benar dimabuk cinta memiliki suasana hati yang sangat menggelora sehingga tidak mampu menahannya. Sebuah fakta yang tidak terbantahkan, tentang bahaya orang yang sedang dimabuk asmara,
·         Berapa banyak mabuk cinta telah mengeluarkan orang-orang yang dikendaki Allah dari ilmu dan agama yang mereka miliki, seperti keluarnya bulu dari adonan tepung.
·         Berapa banyak akibat penyakit itu tersingkap aib seseorang, mendatangkan ketakutan, meninggalkan kepedihan, lalu berganti menjadi penyesalan.

IV.4 Aplikasi Syirkul Mahabbah dalam Kehidupan

            Sebagai pengaplikasian syirkul mahabbah dalam kehidupan nyata, kita ambil beberapa contoh yaitu jika seorang suami yang sangat mencintai istrinya, apabila istrinya melakukan suatu perbuatan maksiat atau tidak diridhoi oleh Allah SWT, namun sang suami tidak mengambil tindakan yang seharusnya karena cintanya, maka yang seperti itu termasuk syirkul mahabbah yang dapat membatalkan keimanan seseorang.

BAB V
MENANAMKAN KECINTAAN KEPADA ALLAH


            Sesungguhnya cinta kepada Allah adalah pondasi yang mendasari agama Islam, dengan cinta yang sempurna itulah agama ini menjadi sempurna dan dengan berkurangnya cinta tauhid seseorang menjadi berkurang. Allah SWT berfirman:
http://www.dudung.net/images/quran/2/2_165.png

“Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain llah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah…” QS. Al-Baqarah:165
            Diriwayatkanoleh Imam Bukhori dan Muslim dari hadits Anas bin Malik bahwa Nabi  bersabda, “Tiga perkara yang apabila terdapat pada seseorang maka dia akan merasakan manisnya keimanan: Allah dan rasulNya lebih dicintainya dari selain keduanya, tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah dan benci kembali kepada keterpurukan sama seperti kebencian dirinya dicapakkan ke dalam api neraka”.[5]
            Ibnul Qoyyim telah menyebutkan sepuluh perkara yang bisa mendatangkan kecintaan kepada Allah:
Pertama: Membaca al-qur’an dengan memahami dan merenungkan makna ayaat-ayatNya dan apa-apa yang dimaksud oleh ayat-ayat tersebut. Allah SWT berfirman:
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” QS Shaad: 29
Allah SWT berfirman:
http://www.dudung.net/images/quran/47/47_24.png

Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-qur’an ataukah hati mereka terkunci.” QS Muhammad:24
Abdullah bin Mas’ud berkata: “Janganlah kalian menaburkannya (membaca al-qur’an) sama seperti menaburkan biji-bijian (gandum), dan jangan pula melantunkannya sama seperti melantunkan sya’ir, berhentilah pada keajaiban-keajaibannya, getarkanlah hati dengannya danjanganlah semangat kalian hanya tertuju untuk mengakhiri suatu surat.”[6]
Kedua: bertaqarrub kepada Allah dengan ibadah-ibadah yang sunnah setelah menyempurnakan yang wajib. Diriwayatkan oleh imam bukhori didalam kitab shohihnya bahwa dia berkata, Nabi  bersabda: Allah SWT berfirman barangsiapa yang memusuhi hambaKu maka aku telah mengumumkan perang terhadapnya, dan tidaklah seorang hamba bertaqarrub kepadaku dengan suatu ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan baginya, dan hambaKu senantiasa beribadah kepadaKu dengan ibadah-ibadah yang sunnah sehingga Aku mencintainya, maka jika Aku mencintainya maka Aku jadi pendengaran yang diipergunakannya untuk mendengar, menjadi pandangannya yang dipergunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang dipergunakaan untuk memegang, dan menjadi kakinya yang dipergunakannya untuk melangkah, jika dia minta kepadaKu niscaya Aku mengasihinya danjika meminta ampun kepadaKu niscaya Aku mengampuninya, dan jika dia berlindung denganKu niscaya Aku Aku pasti melindunginya, dan tidaklah Aku pernah ragu melakukan sesuatu seperti keraguan diriku mengambil nyawa seorang yang beriman, dia membenci kematian dan Aku tidak suka berbuat buruk kepadanya.”[7]
Ketiga: selalu berdzikir kepada Allah dalam setiap kesempatan baik dengan lisan dan hati serta amal perbuatan. Maka dia akan mendapatkan kecintaan sebatas ini. Allah SWT berfirman:
http://www.dudung.net/images/quran/13/13_28.png

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” QS Ar-Ra’ad:28
Diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari hadits Abi Hurairah RA bahwa Nabi  bersabda:  “Aku seperti apa yang dipersangkakan hambaKu terhadap diriKu, dan aku tetap bersamanya pada saat dia mengingatku jika dia mengingat diriku pada dirinya maka Akupun akan mengingatnya pada Diriku, dan jika dia mengingat diriku pada sebuah perkumpulan yang lebih baik dari mereka[8]
Keempat: Mengutamakan apa yang dicintaiNya dari apa yang engkau cintai pada saat hawa nafsu menguasai. Allah SWTberfirman:
http://www.dudung.net/images/quran/9/9_24.png

Katakanlah: “jika bapak-bapak, anak-anaak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu,harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan rasulNya dan (dari) berjihad dijalanNya. Dan Allah tidak member petunjuk kepada orang-orang fasik.” QS At-Taubah : 24
Maka seseorang harus mengutamakan apa-apa yang dicintai dan diinginkan oleh Allah dari apa-apa yang dicintai dan diinginkan oleh hamba. Maka dia harus mencintai apa yang dicintai oleh Allah dan membenci apa yang dibenci oleh Allah, dia berloyalitas karena Allah dan memusuhi seseorang karena Allah. Diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim dari Anas bin Malik, Nabi  bersabda: “ tidaklah beriman salah seorang diantara kalian sehingga dia menjadikan diriku sebagai yang paling dicintainya daripada bapaknya, anaknya, dan seluruh manusia.”[9]
Didalam shahih Bukhori Umar RA brkata: wahai Rasulullah engkau adalah orang yang paling aku cintai dari segala sesuatu kecuai diriku, maka Nabi  bersabda: “tidak demikian demi yang jiwaku berada ditanganNya, sehingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu.”. maka umar berkata: sungguh sekarang ini engkau adalah orang yang paling aku cintai bahkan terhadap diriku, maka Nabi  bersabda: sekarang wahai Umar.”[10]
Kelima: Hati menyadari makna yang terkandung dalam asma dan sifat Allah SWT, dan dia bersaksi atas kebenarannya serta melandasi hidupnya dengan kesadaran dan cakupan asma dan sifat ini. Allah SWT berfirman:
http://www.dudung.net/images/quran/7/7_180.png

“ Hanya milik Allah asm’ul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asma’ulhusna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut ) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.” QS Al-A’raaf : 180
Keenam: Bersaksi atas kebaikan Allah dan anugrahNya serta nikmatNya yang zhahir dan bathin. Allah SWT berfirman:
http://www.dudung.net/images/quran/14/14_34.png




“dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah,tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari nikmat Allah.” ( QS Ibrohim: 34)
Allah SWT juga berfirman:
“dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya), dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepadaNya lah kamu meminta pertolongan.” QS An-Nahl: 53
Diantara anugrah besar yang diberikan oleh Allah adalah nikmat petunjuk kepada agama ini. Allah SWT berfirman:
“pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu, dan telah Kuridhai islam itu jai agama bagimu.” QS Al-Maidah:3
Ketujuh: Dan inilah yang paling ajaib, yaitu bersimpuh di hadapan Allah Azza wajalla. Syaikhul islam berkata: orang yang arif berjalan menuju Allah pada rel pengakuannya terhadap pemberian Allah dan kesadaran dirinya akan kekurangan pribadinya dan amalnya.”
Diriwayatkan oleh Imam Bukhori di dalam kitab shohihnya dari Saddad bin Aus bahwa Nabi  bersabda: penghulu istighfar adalah seorang hamba yang mengatakan:…..( sebuah hadits…..). maka dengan sabda Nabi  :
aku akan mengakui semua nikmat yang telah engkau berikan kepadaku dan aku mengakui dosa-dosaku.”Dengan hadits ini Rasulullah  mengumpulkan antara pengakuan akan semua anugrah Allah dan kesadaran akan kekurangan diri dan amal. Maka pengakuan akan semua nikmat akan melahirkan kecintaan dan rasa syukur kepada dzat yang memberi nikmat dan anugrah. Dan kesadaran akan kekurangan diri dan amal akan melahirkan kehinaan daa menyerahkan diri serta sadar akan kebutuhan dirinya kepada Allah dalam setiap waktu, dan dia tidak melihatdirinya kecuali sebagai orang yang merugi, dan pintu paling dekatyang bisa dimanfaaytkan oleh seorang hamba untuk bertaqarrub kepada Allah adalah pintu kesadaran akan keadaan diri yang selalu merugi. Dia tidak melihat bagi ddirinya suatu keadaan, tempat dan sebab untuk berpegang dengannya, tidak ada cara yang diharapkannyaa, namun dia menerobos untuk mendekat kepada Allah dari celah kebutuhan dirinya kepada Allah semata, rugi jika tidak mendekat dengannya sama seperti menerobosnya seseorang yang hatinya telah luluh karena kemiskinan dan kehinaan sehingga mengantarkan dirinya kepada kepasrahan yang paling dalam, dia melihat dirinya gumpalan dirinya yang lahir dan bathin sebagai wujud kemiskinan yang sempurna kepada Rabbnya, sehinggan dia meyakini bahwa jika dirinya menjau darinya sekejap maka ia akan binasa dan akan mengalami kerugian yang tidak bisa digaanti kecuali dengan kembali kepada Allah dan mendapat rahmat Allah.”[11]
Kedelapan:Berkhulwah pada saat turunnya Allah dan membaca kitabNya lalu dia mengakhirinya dengan istighfar dan bertaubat. Allah SWT berfirman:
http://www.dudung.net/images/quran/51/51_18.pnghttp://www.dudung.net/images/quran/51/51_17.png
Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar. QS Adz-dzariyat:17-18.
Rasulullah  bersabda: “Rabb kita Yang Maha Tinggi turun pada setiap malam ke langit dunia pada saat sepertiga malam terakhir dan Dia menyeru, siapakah yang berdo’a kepadaKu maka Aku akan mengabulkan permohonannya dan memohon kepadaKu maka Aku akan mengabulkan permohonannya dan barang siapa yang meminta ampun maka Aku akan mengampuninya.”[12]
Kesembilan: Duduk bersama orang-orang yang cinta kepada Allah dan jujur serta menimba perkataan-perkataan mereka yang baik dan tidak berbicara kecuali jika pembicaraan tersebut telah benar-benar baik dan diketahui dapat memberikan tambahan bagi keadaan sekarang dan manfaat bagi orang lain. Amirul mukminin Umar bin Al-khattab berkata: “Seandainya bukan karena 3 hal maka aku tidak suka hidup didunia ini, yaitu berperang dijalan Allah, melewati malam-malam dengan beribadah, dan duduk bersama kaum yang memilih pembicaraan yang baik sebagaimana kita memilih buah yang baik.”[13]
Didalam ash-shohihaini dari hadits Abi Hurairoh RA bahwa Nabi bersabda: “barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia berkata baik atau diam.”[14]
Kesepuluh: Menjauhi segala perkara yang menghalangi antara hati dengan Allah SWT.
Dengan salah satu sebab yang sepuluh ini orang yang ingin mencintai Allah akan sampai kepada cinta yang sebenarnya dan mereka akan menerobos cinta Allah SWT.


BAB VI
PENUTUP


VI.1 Kesimpulan

            Ketika cinta datang, suasana perasaan begitu kuat pada lamunan yang sarat dengan kerinduan. Jiwa kita tidak bisa dibohongi, haru biru gejolak asmara cinta telah membuat hati kita buta, sehingga tak sadarkan diri bahwa sesungguhnya kita telah menodai kemurnian cinta yang diberikan oleh Sang Maha Pecinta, yaitu Allah SWT.
            Saat qolbu terpaut kepada Allah saja, suatu hari semua akan indah. Maka, alihkan sebut nama manusia kepada sebut nama Allah, sampai tiada tersebut kecuali namaNya. Gantikan baca rayuan tak halal dengan kalam Allah, sampai tiada terikat qolbu kecuali pada ayatNya. Enyahkan percakapan malam dengan berdiri hadapkan diri pada Allah, hingga tak tersisa tenagamu kecuali saat bersujud padaNya. Ubah tangismu karena manusia dengan tangis karena takut akan Allah, hingga keringkan airmata murkaNya. Kita mungkin takkan kuat bila harus jalani sendiri, karena itulah harus dekati Allah dan rasulNya. Lakukanlah semua perbuatanmu semata hanya karena Allah SWT.
Rasulullah saw mengajarkan umatnya untuk berdo'a supaya dijauhakan dari kesyirikan baik yang disadari atupun tidak:
اللهم إنا نعوذ بك أن نشرك بك شيئا نعلمه ونستغفرك لما لا نعلمه
"Ya Allah kami berlindung kepada-Mu dari berbuat syirik sementara kami mengetahuinya dan kami memohon ampunan terhadap (kesyirikan) yang tidak kami sadari.”

            Oleh karena itu, maka tambahlah wawasan dengan mempelajari, memahami, mengamalkan, dan mengajarkan ilmu tentang hal yang berkaitan dengan ini, agar mendapatkan pahala serta cinta dari Allah SWT. Semoga Allah selalu menjaga perasaan kita semua dari pembatal keimanan.











DAFTAR PUSTAKA



2005,Al-Qur’anul Karim, Bandung, Syamil Cipta Media.
A.Fillah, Salim, 2011, Jalan Cinta Para Pejuang, Pro-U Media.
Abdullah, Ibrohim, Al-Imaan, Makalah: Tidak Dipublikasikan.
Dr Amin bin Abdullah Asy-Syaqawi, Menanamkan Kecintaan Kepada Allah SWT, http://www.islamhouse.com.
Hamid Al-Mua’dz, Nabil, Cara Mencintai Rasulullah SAW, Gema Insani.
Hanum, Hanifah, Dampak dan Bahaya Syirkul Mahabbah. http://www.dakta.com/getar-kalam.
Muhammad bin Abdul Wahab, Penjelasan Tentang Pembatal Keislaman.
Syaikhul Islam Muhammad bin Abdul Wahab, Pembatal-Pembatal Keislaman, www.islamhouse.com.



[1] Selama pelaku tidak menghalalkan perbuatannya yaitu menganggap sebuah dosa.
[2] Al-qhodiiyadh, asy-syifa, 2/23
[3] Fiqh  ash-shiroh hal 5
[4] HR Abu Daud, hadits hasan
[5] Shahih bukhori hal.26-27dan muslim
[6] Mushonnaf ibnu abi syaibah: 2/256 no:8733
[7] Bukhori:6502
[8] Al-bukhori:7405 dan muslim:2675
[9] Al-bukhori: 15 dan muslim:44
[10] Al-bukhori:6632
[11] Al-wbilus shayyib:minal kalimit thayyib: hal7-8
[12] Al-bukhori: 1145 dan muslim: 758
[13] Mukhtashor qiyamullail lil marwazi: hal 62
[14] Al-bukhori: 6136dan muslim: 47



 Oleh : Saptyanti Sulistioningsih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar